Demikian dikatakan Kepala Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) Yudi Latif dalam pidatonya di Pertemuan Kebangsaan yang digelar Nation and Character Building Institute (NCBI) tema "Mengawal Demokrasi: Menolak Politik SARA, Merawat Kebinekaan," di kawasan Matraman, Jakarta, Sabtu (27/1).
"Indonesia bersyukur punya jam terbang kelola kemajemukan, dan memiliki Pacasila," terang Yudi Latif.
Ia mencontohkan, negara-negara di Timur Tengah bisa pecah menjadi berbagai macam negara, padahal faktanya mereka berada pada dataran, bahasa dan budaya yang sama. Sementara Indonesia yang merupakan negara kepulauan, berbeda bahasa, suku agama dan ras mampu bersatu.
"Segala kemajemukan dunia itu miniaturnya ada di Indonesia. Itu modal terpenting yang bisa dibanggakan dari Indonesia," ungkap Yudi.
Sementara itu Direktur sekaligus Pendiri NCBI, Juliaman Saragih mengatakan persatuan dan kesatuan bangsa yang sudah terjalin utuh harus dipelihara. Momen Pilkada Serentak 2018 harus bisa menjadi ajang silaturahmi untuk menegaskan kebangsaan yang utuh.
"Dalam situasi gelaran 171 pilkada, mari ciptakan air mata persatuan di antara sesama. Mari ciptakan air mata yang membangun silaturahmi kebangsaan sebagai satu kekuatan utuh," kata Juliaman dalam sambutannya.
Selain Yudi Latif, acara ini menampilkan sejumlah narasumber. Mereka adalah, Dr. Rizal Ramli, (tokoh nasional/Mantan Menko Kemaritiman RI), H. Moch. Maesyal Rasyid (Sekretaris Daerah Kabupaten Tangerang); Romo Yustinus Sulistiadi, Pr (Founder Cultura Di Vita).
Dr. Prabawa Eka Soesanta (Direktur Bina Ideologi, Karakter dan Wawasan Kebangsaan, Kemendagri R.I); Mochammad Afifuddin (Anggota Bawaslu RI); Pastor Ignatius Prasetya H. Wicaksana, Pr (Pastor Rekan Gereja Santo Gregorius Agung), Ari Nurcahyo (Direktur Eksekutif PARA Syndicate); dan Wempy Hadir (Direktur NCBI/Peneliti Indopolling).
[rus]
BERITA TERKAIT: