Demikian temuan Indonesia Indicator (I2), sebuah perusahaan di bidang intelijen media, analisis data, dan kajian strategis dengan menggunakan software AI (Artificial Intelligence) dalam riset bertajuk "PKI dalam Respons Netizen".
Direktur Komunikasi Indonesia Indicator (I2), Rustika Herlambang, menjelaskan PKI menjadi perbincangan hangat netizen itu terutama dipicu ajakan Panglima TNI Gatot Nurmantyo untuk kembali menonton bersama Film G30S/PKI.
"Intensitas tersebut meningkat tajam dalam seminggu terakhir, khususnya 18 September 2017, yang dalam sehari mampu menggerakkan 101.459 percakapan di Twitter," ungkap Rustika dalam keterangan pers yang diterima pagi ini.
Lebih jauh dia memaparkan, cuitan tentang isu PKI itu berasal dari 58.059 akun manusia (90,5%) dan 6.093 akun robot (mesin) (9,5%). "Seminggu terakhir, isu PKI masih direspons sebanyak 51.816 akun manusia (90,2%) dan 5619 akun robot (9,8%). Perpaduan dua akun tersebut membentuk 361.971 percakapan (tweets)," papar Rustika.
Wacana film G30S/PKI menempati porsi sebesar 31% dari seluruh pembicaraan netizen, yang ditanggapi dengan pro dan kontra.
Apalagi, Presiden Jokowi turut memberikan pernyataan dan mengharapkan agar dibuat versi terbaru, sehingga bisa diterima generasi milenial tanpa menghilangkan konteks dari maksud film itu sendiri. Reaksi netizen pada isu film ini didominasi dengan emosi “anticipationâ€, yang diwujudkan dengan penantian acara nonton bareng, respons pada pernyataan Jokowi
"Sementara itu, isu lainnya yang dimunculkan para netizen adalah Orde Baru, perhatian netizen pada ulama, peristiwa di YLBHI, serta acara talkshow di salah satu televisi. Masing-masing isu tersebut rata-rata dibicarakan sebanyak 3--5% dari keseluruhan pembicaraan tentang PKI," papar Rustika.
Jokowi menjadi figure terbanyak yang disebut (di-mention), yakni sebanyak 25.552 tweets. Posisi ke dua disusul oleh Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo (16.988 tweets). Nama Soeharto kembali disebut sebanyak 6.647 tweets, serta Kivlan Zen 2.930 tweets.
Secara demografi, 37% netizen yangg merespons isu PKI berasal dari usia 26-35 tahun. Sisanya, usia 19-25 tahun sebanyak 28,2%, netizen berusia di atas 35 tahun sebanyak 25,3%. Sementara itu, netizen yang berusia di bawah 18 tahun �" belum pernah merasakan tayangan wajib setiap tahun di televise, turut berpendapat sebanyak 9,5%.
"Isu ini direspons di hampir seluruh wilayah di Indonesia, terbanyak di Jawa," demikian Rustika Herlambang.
[zul]
BERITA TERKAIT: