Gegara Patung "Kwan Kong" atau Guan Yu setinggi 30 meter di Tuban, seorang mantan anggota dewan dari PPP, Habil Marati (Hamar) berang. Perasaan nasionalisme-nya terusik. Jiwanya berontak. Dia heran, Presiden Joko ngga merobohkan patung ini.
Bagi Hamar (Miras?), patung ini punya makna politik dan ekonomi. Sebuah simbol penetrasi nasionalisme Tiongkok. Ujung-ujungnya, Mr Joko lagi disalahkan.
Di Provinsi Hubei, ada patung kolosal Guan Yu memegang Pedang "Green Dragon Crescent" setinggi 58 meter. Dilapisi 4 ribu strip perunggu. Beratnya mencapai 1.320 ton.
Guan Yu (关羽) atau Guan Gong (Hanzi : 关公, Hokkian : Kwan Kong) adalah
historical figure. Hidup di Masa Tiga Kerajaan (Sam Kok) tahun 221�"269 Masehi. Dia juga tokoh penting dalam kisah
Battle of Red Cliff. Guan Yu dihormati, satu kelas dengan
Chinese folk hero seperti Jenderal Yue Fei, Mulan, Ji Gong dan sebagainya. Bedanya, Guan Yu juga di-deitifikasi dalam
Chinese religion (Tao, Confusianism dan Buddhism).
In Chinese Buddhism, Guan Yu diposisikan sebagai Sangharama Bodhisattva (
heavenly protector of the Buddhist dharma atau Dharmapala).
Menurut legenda, Guan Yu muncul dalam meditasi Zen Master Zhiyi di tahun 592M. Semasa Dinasti Sui berkuasa di Tiongkok. Master Zhiyi adalah pendiri Tiantai school of Buddhism. Sejak itu, pemujaan terhadap Guan Yu dimulai. Bagi orang Tionghoa, Guan Yu adalah teladan kejujuran, loyalitas dan sifat ksatria membela yang benar.
Yang dimasalahkan Hamar (Miras?) mungkin bukan aspek religi atau karakter baik dari Guan Yu. Namun, dimensi ukuran patung dan makna simbolis "kecina-cinaan"-nya. Saya tidak tau, apakah sikap ini ada kaitan dengan Ahok's effect atau tidak. Tapi saya bisa memahami ethno-religio-nasionalistik sentimen dari mereka yang menolak eksistensi patung semi-kolosal tersebut.
Seperti kata Alhadi Muhammad, "apa mungkin kita bangun patung Gajahmada setinggi 30 meter di alun-alun Tiananmen?"
[***]
Penulis adalah Komunitas Tionghoa Anti Korupsi (Komtak)
BERITA TERKAIT: