Acara yang dikemas dalam diskusi kebangsaan dan buka puasa bersama KA KAMMI-OKP itu turut menghadirkan Ketua Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP PIP), DR. Yudi Latif sebagai pembicara.
Fahri Hamzah menyampaikan alasan Pancasila menjadi tema diskusi kebangsaan ini. Pertama, bulan Juni adalah bulan Pancasila.
"Awal Juni kemarin, Presiden Jokowi sudah menetapkan sebagai Hari Kelahiran Pancasila," katanya.
Kedua, Presiden Jokowi sudah melantik dan menugaskan beberapa tokoh bangsa untuk menggerakkan lembaga baru bernama UKP PIP, dalam rangka menyosialisasikan dan memantapkan kembali nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa.
Menurut dia, tentunya langkah itu harus didukung semua elemen bangsa. Tema Pancasila menjadi bahan diskusi yang menarik, terutama tentang integrasi nilai agama yang menghidupkan Pancasila pada awal perumusannya.
"Tema Pancasila dalam beberapa bulan ini memang seperti menjadi tema utama perbincangan di berbagai media dan diskusi aktivis dan forum politik, " ujarnya.
Bahkan menurut dia, tema ini menyeruak sebagai bagian dari respon bangsa atas kekuatiran menipisnya pemahaman dan kesadaran rakyat Indonesia untuk hidup berlandaskan Pancasila.
Tema Pancasila juga sebagai usaha untuk menebalkan lagi komitmen dalam hidup ber-Pancasila dianggap sebagai solusi atas nampak mengentalnya komitmen keagamaan kelompok tertentu pada bangsa ini, dan itu bisa dianggap sebagai pemicu dari keretakan toleransi.
Walaupun di sisi yang lain, tema Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, toleransi dan keberagaman dianggap juga sebagai reaksi keliru atas sikap protes masyarakat dan agamawan pada banyak kasus pelecehan agama yang rentan memicu disharmoni kehidupan sosial masyarakat Indonesia.
"Menurut banyak agamawan dan tokoh politik, masalah rakyat kita hari ini bukan kebhinnekaan, tapi keadilan. Masalah rakyat kita hari ini bukanlah hilangnya Pancasila dari kehidupan bangsa, tapi hilangnya rasa menghormati keyakinan beragaama dan tepa selira. Masalah bangsa ini bukanlah toleransi, tapi hilangnya sumber-sumber ekonomi," demikian Fahri Hamzah
.[wid]
BERITA TERKAIT: