Dalam rutinitas terang, perhatian manusia tertawan penampakan kasatmata. Nilai-nilai tak benda dipandang sebelah mata sebagai pelengkap penderita.
Saat gelap menyelimuti bumi, ekstravaganza sosok fisik pudar dari pandangan, barulah manusia mendongakkan wajah ke langit, mendamba cahya bintang.
Di zaman terang, manusia sulit mengenali kebenaran hakiki. Kesejatian tersamar ornamen pernak-pernik penampilan.
Saat zaman kelam datang, barulah kita kenali mana yang benar sejati, mana yang palsu manipulasi. Bangunan fisik yang dielu-elukan di masa terang terlihat keterbatasannya; nilai-nilai penuntun yang disepelekan tersadari keistimewaannya.
Bila kita kurang yakin watak sebenarnya seseorang, tunggulah hingga gelap menyergap: di mana ia berdiri dan kemana ia berpaling, itulah kesejatiannya.
Tak perlu terlalu gundah menghadapi kelam krisis. Di masa gelap, mata fisik memicing, mata batin melotot. Itulah masa terbaik mengenali kebenaran sejati, memperjuangkannya secara gigih, sebagai bintang penuntun bagi kebaikan hidup bersama.
[***]Penulis adalah cendekiawan, pemikir Islam dan kenegaraan