Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Debat Putaran Akhir Lebih Aspiratif, Detail Dan Menohok

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/ubedilah-badrun-5'>UBEDILAH BADRUN</a>
OLEH: UBEDILAH BADRUN
  • Kamis, 13 April 2017, 21:47 WIB
Debat Putaran Akhir Lebih Aspiratif, Detail Dan Menohok
Ilustrasi/net
MESKIPUN pada sesi pertanyaan masyarakat ada sedikit terganggu karena ada penanya yang artikulasi pertanyaanya kurang jelas sehingga harus dibantu sang moderator Ira Koesno, tetapi secara umum Debat antar cagub-cawagub DKI putaran terakhir berlangsung lebih aspiratif, detail dan menohok.

Pada sesi awal nampak para cagub-cawagub belum fokus ketika Ira Koesno bertanya tentang problem merumuskan APBD yang seringkali terkendala lobi-lobi para anggota dewan. Solusi membangun komunikasi efektif antara Gubernur dengan DPRD belum terjawab jelas oleh keduanya.

Ketika pertanyaan spesifik dilontarkan Ira Koesno terkait fakta masih ada 1 juta warga Jakarta yang belum berjamban sehat, dijawab para cagub dengan jawaban yang tidak spesifik. Tidak ada satu cagub pun yang menjawab solutif, Ahok menjawab dengan RPTRA dan Anis menjawab dengan memberikan penyadaran kepada masyarakat. Secara umum meski tidak menjawab persoalan, dari segi komunikasi politik pada segmen awal ini Anies relatif lebih unggul.

Pada segmen pertanyaan masyarakat terkait program KUR yang dikeluhkan masyarakat. Ahok menjawab dengan jelas. Ahok mengatakan menyediakan dana Rp 1 triliun pertahun tetapi hanya Rp 300 miliar yang digunakan masyarakat.

Sebenarnya jawaban ini bisa menjadi peluru Anies untuk menyerang balik Ahok bahwa rendahnya daya serap UMKM yang hanya 30 persen adalah fakta kegagalan atas rumitnya UMKM menyerap dana yang tersedia. Tapi unik, serangan balik ini tidak dilakukan Anies. Ketika disinggung soal kendala sarat jaminan Ahok menjawab dengan mewajibkan buka rekening bagi UMKM sehingga arus kas keuangan diketahui, itu saratnya, bukan jaminan. Keluhan masyarakat tentang sarat jaminan dinilai salah paham oleh Ahok, faktanya masyarakat mengalami kesulitan.

Pada pertanyaan ini cara Sandi menjawab dengan menunjukkan fakta antusiasme dua puluh ribuan warga Jakarta ikut program Oke Oce terasa memiliki greget. Bahkan Sandi menyebut nama penanya ibu Hermawati dengan jelas sebagai bentuk ekspresi spontan tapi detail sang pemimpin mengenal rakyatnya. Ini hal yang belum dilakukan Ahok Djarot pada sesi sebelumnya. Baru pada sesi berikutnya Ahok-Jarot mulai sebut nama penanya.

Ketika menjawab pertanyaan Pak Daryono tentang transportasi Anies memulainya dengan kata "matur suwun pak Daryono", ini tentang ekspresi sopan santun pada diri Anies yang ia tunjukkan secara spontan. Anies kemudian menjelaskan ingin seluruh mode transportasi diintegrasikan, biayanya terintegrasi, manajemenya terintegrasi. Kesejahteraan pengemudi atau supir terjamin. Jadi pemda subsidi atau menanggung ongkos transportasi publik. Ahok menjawab pertanyaan serupa dengan mengatakan sebenarnya sudah menggratiskan warga yang pendapatannya di bawah UMP asal memberitahu pendapatannya melalui mekanisme tertentu, ini semua dilakukan melalui e-ticketing. Menurut Anies justru di situ persoalannya. Ahok nampak berusaha menjawab dengan fakta yang telah dikerjakan sementara Anies melihat fakta tersebut memiliki kelemahan.

Terkait dengan pertanyaan Pak Sukarto, warga rusun Jatinegara yang mengatakan rusunya sering bocor dan kami harus bayar sewa bulanan, jawaban Ahok sangat mengejutkan. Ahok mengatakan itu risiko karena yang bangun rusun tersebut kontraktor maling. Kata maling ini patut dicatat publik, Ahok di mana saat bangun rusun tersebut? Malingnya siapa? Pertanyaan ini sebenarnya bisa dipakai Anies untuk menyerang balik Ahok, lagi-lagi Anies tidak melakukan serangan balik. Ahok kemudian mengatakan bahwa rusun tidak bayar, itu hanya kontribusi, persepsi yang berbeda dengan penghuni rusun, sebab bagi penghuni rusun bayar kontribusi sama saja dengan sewa karena harus bayar rutin.

Ketika perwakilan nelayan (Iwan) mengeluh sebagai nelayan yang sudah turun temurun tetapi seperti tidak diakui keberadaanya setelah ada reklamasi. Ahok menjawab bahwa tidak ada niat usir nelayan. Tetap ada tempat sandar untuk nelayan. Buat tanggul untuk sandar perahu, dan nelayan akan ditata tinggal di pinggir tanggul. Di wilayah Angke akan dibuat restoran apung dan nelayan boleh tinggal di pulau reklamasi. Ahok menjawab dengan gamblang bahkan menunjukkan gambar design reklamasinya. Ini poin tersendiri kelebihan Ahok sebagai petahana. Anis menjawab dengan menyodorkan data bahwa ada 12.000 nelayan yang tidak terdata dalam statistik DKI yang seharusnya diakui sebagai warga, mereka harus diperhatikan. Anies juga dengan tegas menolak reklamasi karena selain resiko dampak lingkungan diantaranya banjir rutin juga peruntukan reklamasi itu untuk siapa? Anies berjanji Nelayan akan diberi modal, edukasi dan fasilitas. Saat ini nelayan minim edukasi untuk nelayan, perlu dibuat SMK Kelautan. Pada segmen ini performa Ahok dan Anis sama sama kuat.

Pada segmen cawagub v.s. cawagub, Djarot pada awalnya menguasai persoalan karena terkait peran wagub dalam merencanakan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) yang dijelaskan secara detail mulai dari musrenbang. Sandi nampak kurang memahami hal itu, bahkan sempat bertanya tentang arti KUA yang dimaksud Jarot. Tetapi kemudian pertanyaan Sandi tentang cara pengendalian harga sembako di DKI, Djarot cukup kesulitan menjawabnya karena dinilai Sandi itu hanya janji-janji, faktanya rakyat masih mengeluh harga cabe dll. Cara Sandi menjelaskan hal tersebut sangat menguasai, misalnya menurut Sandi melalui kerjasama dengan UMKM, memastikan pasokan sembako dengan memutus mata rantai pasokan sembako yang terlalu panjang. Pada segmen ini performa kedua cagub menunjukan sama-sama memiliki kelebihan. Djarot karena pengalaman sebagai wagub sementara Sandi karena pengalaman sebagai pebisnis.

Pada segmen cagub v.s cagub ketika Anies mempertanyakan dengan menyebut fakta 116.000 warga Jakarta usia sekolah yang tidak sekolah, Ahok menjawabnya dengan memberikan pekerjaan paruh waktu dan pelatihan bersertifikat. Jawaban yang menarik tetapi tidak menjawab bagaimana membuat mereka bisa berpendidikan. Anies tidak menyerang balik Ahok tetapi dengan memberi solusi melibatkan civil society dan pihak swasta dalam menangani fakta tersebut. Ketika Ahok bertanya tentang reklamasi dan rumah tanpa DP, Anies menjawab menolak reklamasi dan menyediakan rumah tanpa DP dalam bentuk rumah milik yang disediakan pemerintah bekerjasama dengan swasta. Menjawab pertanyaan ini Anies nampak kurang detail. Segmen ini nampak sedikit lebih dikuasai Ahok.

Dari fakta debat di atas dapat disimpulkan bahwa debat putaran terakhir ini lebih aspiratif, detail, dan menohok. Dari segi performa pada segmen 1 sampai 3 lebih dimenangkan Anis-Sandi, pada segmen 4 cawagub vs cawagub sama sama kuat dan pada segmen 5 lebih dimenangkan Ahok dan segmen 6 sama sama kuat.

Secara keseluruhan dapat disimpulkan performa Anis-Sandi lebih unggul tipis dibanding Ahok-Djarot. Problemnya adalah Debat sesungguhnya tidak terlalu signifikan mempengaruhi elektabilitas kecuali hanya sekitar 5 persen saja dari penonton, itupun jika penontonnya adalah swing voters (pemilih yang mudah berubah) atau undecided voters (pemilih yang belum menentukan pilihan).

Faktanya, penonton debat mayoritas adalah strong voters (pemilih setia yang secara kuat sudah menentukan pilihan dan tak tergoyahkan). Pada akhirnya penentu kemenangan adalah mereka yang memilih pada 19 April mendatang. Semoga terpilih gubernur dan wakil gubernur yang pro rakyat. Selamat memilih!

Penulis adalah pengamat sosiologi politik

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA