"Anak bangsa saat ini saling menghujat, memaki, memfitnah dan saling melaporkan ke polisi," sesal Paiman Raharjo di Jakarta, Jumat (3/2).
Bangsa Indonesia yang dulu sebagai bangsa yang berbudi luhur, bangsa yang mudah memaafkan dan bangsa yang memiliki toleransi tinggi terhadap sesama umat kini menjadi bangsa yang mudah marah, emosi, dan sulit memaafkan kesalahan orang lain terutama jika dikaitkan dengan kasus penistaan agama, dugaan makar, hingga penistaan pancasila dan lambang negara.
Ditanya mengapa bisa tercipta kondisi seperti ini. Paiman Raharjo menyatakan bahwa bangsa Indonesia telah jauh dari norma ajaran agama dan ideologi Pancasila, sehingga mudah kehilangan akal sehat, dan tidak mau memaafkan kesalahan orang lain.
"Oleh karena itu, untuk membangun keutuhan bangsa dibutuhkan kearifan, toleransi yang tinggi, kesabaran dan keiklasan untuk memaafkan kelemahan atau kesalahan orang lain," ungkap gurubesar Universitas Prof Dr Moestopo (Beragama) ini.
Paiman Raharjo, juga menghimbau agar kembali sebagai bangsa yang berbudi luhur dan bermartabat, seperti sifat-sifat luhur yang telah diwariskan oleh pendahulu. Selain itu bangsa Indonesia harus sadar bahwa teknologi informasi yang digunakan untuk berinteraksi dan komunikasi mudah nemancing emosi dan rasa ketersinggungan, sehingga perlu membangun komunikasi melalui dialog, tatap muka dan silaturahmi dengan komunikasi dua arah.
"Karena sangan beda berinteraksi melalu media dan dengan melalui tatap muka atau komunikasi langsung, yang dinilai lebih memiliki rasa ikatan emosional dan lebih memiliki ikatan batin," imbuhnya.
Terakhir, Paiman Raharjo mengajak untuk terus membangun rasa kesatuan dan persatuan bangsa, dan nenanamkan prinsip bahwa kita satu saudara, satu bangsa Indonesia, sehingga harus bisa saling memaafkan atas kesalahan dan kekhilafan orang lain.
[rus]
BERITA TERKAIT: