Hasil survei ini dirilis LSI di kantornya, kawasan Rawamangun, Jakarta. Temanya masih cukup mencolok mata: "Ahok Potensial Kalah?". Sehari sebelum rilis (3/10), Denny JA, big bos LSI, sudah memberi bocoran hasil survei terbaru lembaganya di akun Twitter miliknya, DennyJA_World. "Saya melihat data LSI yang mengejutkan: Ahok potensial kalah!," kicaunya.
Dalam penjelasannya, peneliti LSI Adjie Alfaraby menjelaskan survei menggunakan metode multistage random sampling dengan sampel 440 responden yang tersebar di wilayah Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Pusat, Jakarta Barat dan Kepulauan Seribu pada 28 September-2 Oktober 2016.
Survei dilakukan dengan wawancara tatap muka.
Margin of error plus minus 4,8 persen dan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen. Adjie menegaskan survei dilakukan dengan biaya sendiri, dan dilengkapi dengan kualitatif riset seperti FGD (Focus Group Discussion), analisis media, dan wawancara mendalam.
Hasilnya? elektabilitas pasangan Ahok-Djarot masih ada di peringkat pertama. Sekitar 31 persen. Peringkat kedua diisi oleh pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno dengan raihan 21,1 persen. Ada pun di posisi terakhir ada pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni dengan tingkat elektabilitas 19 persen. "Sebanyak 28 persen responden belum menentukan pilihan," kata Adjie.
Adjie mengatakan, ketika 28 persen massa mengambang atau yang belum menentukan pilihan itu didistribusikan ke tiga calon, belum ada yang mencapai 50 persen. Artinya, Pilgub DKI diprediksi akan berlangsung dua putaran. Dan jika pilgub berlangsung dua putaran maka kemungkinan Ahok menderita kekalahan semakin tinggi. Karena ada kemungkinan pasangan calon lain akan bekerjasama menjatuhkan petahana.
Yang mengejutkan adalah elektabilitas Ahok yang kian terus menurun. Adjie mengaku LSI sudah melakukan tiga kali survei. Dan dari tiga kali survei itu, elektabilitas Ahok terus menurun. Dari survei Maret, Ahok masih perkasa dengan tingkat elektabilitas 59,3 persen. Ahok melampaui jauh dari para kandidat lain seperti Yusril, Tri Rismaharini, dan Sandiaga Uno. Survei berikutnya pada Juli, elektabilitas Ahok mulai tergerus menjadi 49,1 persen, dan di survei Oktober elektabilitas Ahok tonggal 31,4 persen.
Kenapa elektabilitas Ahok menurun? Dia bilang ada empat alasan. Pertama, isu kebijakan. Seperti penertiban di sejumlah wilayah seperti Kampung Pulo, dsb. Kedua, masalah personal Ahok yang diangggap responden kasar. Alasan lainnya adalah isu primordial dan munculnya calon alternatif yang lebih fresh.
Dengan berbagai analisa itu, Adjie memprediksi pasangan Anies-Uno dan Agus-Sylvi berpotensi menggeser pasangan Ahok-Djarot. Denny JA mengamini. Dia bilang, hasil Pilgub bisa sangat mengejutkan. Dia memprediksi cagub Agus berpotensi menjadi kuda hitam. Soalnya belum lama menjadi politisi sipil namun dukungan kepadanya terus meroket.
"Agus memiliki efek wow!," ujarnya. Pasangan ini, lanjut dia, menang di segemen wong cilik atau pemilih yang berpendapatan rendah. "Kehadiran Agus bisa mengambil banyak pemilih yang dulu pro Ahok atau yang masih ragu-ragu," ujarnya.
Dengan hasil survei tersebut, cawagub Sylviana Murni mengaku bersyukur mesti tidak terlalu memperdulikan.
"Saya cuma sujud syukur. Kami berdua berniat bagaimana melayani masyarattkat dengan baik," kata Sylvi, di sela kuliah umum, Dari Jayabaya membangun Jakarta, di Universitas Jayabaya, Jakarta, kemarin.
Sekretaris Tim Pemenangan Anies-Uno, Syarif makin yakin pasangan yang didukungnya akan mengalahkan Ahok. "Malah mungkin Ahok tidak masuk putaran dua," kata Syarif, kemarin. Dia bilang, survei memang bukan satu-satunya petunjuk untuk tim pemenangan untuk bergerak.
Bagaimana tanggapan Ahok? Eks Bupati Belitung Timur itu tak mau banyak berkomentar. Dia bilang, bersyukur kepada LSI yang sudah melakukan survei. "Artinya saya enggak perlu keluar duit. Karena sudah ada hasil surveinya. Kalau kayak gini enak, dapat gratisan mulu," kata Ahok, di Balaikota, kemarin. Soal elektabilitas yang menurun? Ahok bilang dengan kondisi tersebut Teman Ahok dan partai pendukungnya yakni PDIP, Golkar, Nasdem dan Hanura harus bekerja lebih giat. ***
BERITA TERKAIT: