Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Mengenal Sains Sejak Dini

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/tatang-muttaqin-5'>TATANG MUTTAQIN</a>
OLEH: TATANG MUTTAQIN
  • Selasa, 04 Oktober 2016, 07:52 WIB
Mengenal Sains Sejak Dini
TAK dipungkiri sains merupakan salah satu mata pelajaran penting bagi seluruh siswa di tanah air. Kemampuan sains tak hanya bergengsi namun juga identik berhubungan dengan kemampuan akademik lainnya.

Namun, sebagaimana matematika, sains juga dianggap dirasa cukup sulit untuk siswa-siswi di Indonesia. Di samping pelajarannya yang dirasakan sulit, juga kadang diperparah dengan guru yang terkesan kurang ramah dengan penjelasan yang terlalu abstrak alias berputar di rumus dan persamaan tanpa tahu bagaimana rumus tersebut direfleksikan dalam kehidupan keseharian.

Di samping itu, pengujian terhadap guru matematika dan sains juga menunjukkan kurangnya pemahaman yang utuh dari guru yang mengajarkan sains dan matematika. Sehingga guru bidang sains dan matematika mengalami tantangan ganda, meningkatkan penguasaan materi atau substansi dan memantapkan keprigelan pedagogik dalam menyampaikan pelajaran sains dan matematika. Terbatasnya guru MIPA yang berkualitas dan keyakinan siswa untuk menguasai sains, sedikit banyak berkontribusi pada rendahnya kemampuan sains siswa Indonesia.

Sebagai contoh, berdasarkan test yang dilakukan Programme for International Student Assessment (PISA) termutakhir 2012, kemampuan Sains siswa Indonesia paling rendah di ASEAN atau ranking ke-64 dari 65 negara peserta test PISA dengan rerata nilai 382. Nilai rerata tertinggi di ASEAN diraih Singapura mencapai 561 atau ranking ke-3 di dunia, disusul Vietnam dengan rerata 525 (peringkat 8), lalu Thailand 444 (peringkat 48) dan Malaysia 420 (peringkat 53).

Realitas tersebut menjadi salah satu tantangan peningkatan kualitas pendidikan di tanah air. Barangkali memperkenalkan sains sejak dini menjadi penting dan layak digelorakan. Tak kenal maka tak sayang, demikianlah peribahasa menyampaikan pesan pada kita semua. Tak semua pelajaran dan bidang ilmu disukai padahal dengan menyukai maka akan lebih menikmati dalam menjalani dan lebih besar peluang memahami dan menguasai ilmu tersebut karena belajar menjadi mengasikan. Pemahaman yang utuh tentang sains sangat penting untuk mempercepat kemajuan daya pikir dan cipta bangsa.

Bertaut dengan topik ini, kebetulan penulis berkesempatan mendampingi putri bungsu untuk mengikuti Pekan Sains yang kebetulan dilaksanakan di kampus dan barangkali inilah sebagian alasan yang mengilhami acara tahunan Pekan Sains atau "Weekend van de Wetenschap" yang diselenggarakan Universitas Groningen pada setiap pekan pertama Oktober yang juga popular dengan Zpannen Zernike.

Nama beken tersebut diambil dari salah satu ilmuwan Universitas Groningen yang meraih hadiah Nobel Fisika, Frits Zernike. Zernike juga menjadi salah satu nama komplek kampus Universitas Groningen.

Tahun ini, Pekan Sains dilaksanakan pada hari sabtu dan ahad, 1-2 Oktober 2016. Untuk kedua kalinya, si bungsu mengunjungi acara tersebut dan nampaknya sangat antusias untuk mencoba beragam aktivitas, dari mulai percobaan kimia untuk membuat jel, dilanjut dengan mencicipi sajian tentang Tata Surya di Planetarium "dadakan" serta mencoba menyimak tentang pembuatan hologram dan menata hasil cetakan sinar x-ray dari semacam bahan mika untuk menjadi media menampilkan variasi hologram.

Penjelasan yang cukup singkat dan mudah dengan manual tahapan yang terstruktur memudahkan anak-anak untuk mempraktekkan eksperimentasinya di laboratorium. Pemahaman awal ini semakin mengkristal setelah selesai menuntaskan eksperimen dengan hasil olahan tertentu. Dengan pakaian putih ala peneliti betulan memberikan kesan dan rasa percaya diri serta belajar untuk mulai mencintai sains.

Kegiatan bereksperimentasi merupakan salah satu bagian saja dari fragmen selama dua hari Pekan Sains. Aktivitas pada hari sabtu dilakukan di Academic Building sebagai pusat dari Universitas Groningen termasuk ruang Rektor dan Presiden universitas yang tak jauh dari pusat denyut nadi kota Groningen.

Kegiatan hari pertama ini didominasi dengan kuliah umum dari para pakar di bidangnya, semisal Douwe Draaisma yang mengulas tentang "kenapa daya ingat anak lebih baik?" atau presentasi para peneliti muda dengan hasil yang menakjubkan. Sekalipun lebih kental nuansa "seriusnya" namun kegiatan hari pertama ini juga diimbangi dengan aktivitas penyerta. Semisal untuk mendinamisasikan kegiatan dan menarik minat anak dan remaja, beragam kunjungan dan ujicoba (trial) juga tersedia sehingga anak dan remaja tertarik bahkan tertantang untuk mencobanya, semisal uji coba ilusi optik di laboratorium.

Di samping itu, topik besar universitas dengan program "Healthy Ageing" dan "energy masa depan" juga ditampilkan dengan kemasan yang lebih ciamik dan actual sehingga tak hanya menyasar kelompok orang tua yang sedang mendekati proses penuaan juga anak dan remaja terkait pentingnya mempersiapkan diri sejak dini untuk masa tua yang lebih sehat, produktif dan tentu saja bahagia.

Untuk lebih mengkonkretkan topik-topik yang cukup berat tersebut beragam workshop bisa dipilih untuk remaja terkait Helthy Aging, juga variasi peragaan teknologi terkait dengan tajuk energi masa depan. Sebagai contoh, bagaimana bisa menyalakan lampu tanpa baterai yang tentu menarik dan sekaligus menantang minat anak-anak muda.

Hari kedua mengancik kegiatan yang lebih menantang dengan kesempatan untuk menceburkan diri dalam dunia fisika, teknologi dan energi lewat aktivitas eksperimentasi dengan melakukan dan menemukan sendiri. Model melakukan dan menemukan ini diperuntukan dan menarik minat anak-anak dan remaja. Sebagai contoh, si bungsu dengan semangat dan cukup menikmati bagaimana tahapan membuat sampo atau jel sendiri yang hasilnya bisa dibawa pulang. Di samping, hasil shampoo atau jel, juga ada sertifikat yang bisa distempel setiap selesai menjalani eksperimentasi.

Anak-anak remaja sangat menikmati berjoget bersama robot "Michael Jackson" dengan penuh keceriaan. Juga tak sedikit yang memilih mencoba beragam prototipe untuk permainan (games) dengan percobaan yang akan memesonakan.

Aktivitas di kampus Universitas Groningen Zernike ini melibatkan beragam lembaga riset, semisal the KVI Centre for Advanced Radiation Technology, SRON Netherlands Institute for Space Research, Kapteyn Astronomical Institute, Fakultas MIPA, Energy Transition Centre of Hanze University of Applied Sciences Groningen and Energy Academy Europe dan lain-lain. Beragam kegiatan menarik ini semuanya dilakukan di gedung dengan nama yang cukup beken dalam matematika, Bernoulliborg.

Nama Daniel Bernaulli masyhur di penekun MIPA lewat prinsip Bernoulli, yaitu sebuah terminologi mekanika fluida yang berintikan bahwa di dalam aliran fluida, peningkatan pada kecepatan fluida akan menimbulkan penurunan tekanan pada aliran tersebut.

Sedangkan peneliti sosial yang gandrung di statistik probabilitas, nama Jacob Bernaulli cukup familiar lewat distribusi Bernaulli dalam probabilitas binomial, yang menyatakan bahwa hanya dua kemungkinan dalam sebuah percobaan yaitu sukses (0) dan gagal (1).

Kedua Bernaulli itu memang berasal dari satu keluarga yang banyak melahirkan para matematikawan yang mumpuni di akhir abad ke-17.

Semoga semangat mengenali dan mencintai sains mampu menarik minat anak dan remaja Indonesia untuk menapaki jejak menakjubkan keluarga Bernaulli. [***]

Tatang Muttaqin adalah peneliti di The Inter-university Center for Social Science Theory and Methodology (ICS), University of Groningen, The Netherlands.

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA