"Tidak betul itu. Saya ada di DPP mengamati," kata Ketua DPP PPP Sigit Hariyanto dalam katerangannya, Kamis (4/12).
Lebih tidak betul lagi, lanjut Sigit, kelompok yang datang atas perintah ketua umum PPP versi Surabaya Romy. Karena, dokumen apapun yang seolah-olah berisikan perintah penyerangan yang disebutkan di tanda tangan ketua umum dipastikan palsu atau rekayasa.
"Dari awal DPP PPP mengedepankan cara bermartabat dalam mengelola partai. Tapi justru kantor terus diduduki (kubu Djan Farid dan Suryadharma Ali). Ketika hari Selasa kemarin diingatkan dengan cara damai, justru pagar digembok dan diistilahkan ada penyerbuan. Saya hanya menyerukan kembalilah ke jalan persaudaraan," terang Sigit.
Ia juga menghimbau pihak Djan Farid jangan mengumbar pernyataan yang memperkeruh pergaulan antar umat beragama, karena semua yang dituduhkan adalah imajinasi untuk lari dari persoalan sebenarnya, yaitu absennya legalitas dan tak adanya dukungan kepengurusan dari bawah.
"Sungguh memprihatinkan terus menari di atas emosi sektarian, apalagi ada mantan Menag (Suryadharma Ali). Bagaimana mungkin ada perusakan musolla di dalam pagar, sedangkan ratusan polisi membarikade di luar pagar. Kalau ada penyerbuan, pastilah aparat sudah bertindak," terangnya.
Sigit juga menghimbau pihak seberang agar tidak bermain api SARA dengan menyulut emosi umat beragama.
"Kasian saudara-saudara sebangsa kita non muslim yang ditarik-tarik ke dalam persoalan ini padahal tidak pernah ada. Siapa yang mulai menduduki sejak 12 Sep 2014, sampai hari ini tidak mau pergi dengan tak ada alasan? Sudah tanda tangan kesepakatan islah (damai) penggunaan bersama kantor DPP, baru 2 jam bapak tarik sepihak dengan alasan adanya tekanan, padahal jelas ada ratusan aparat yang memediasi. Ini akhlak macam apa? Saya himbau saudara-saudara ku, sadar dan bertobatlah. Partai dan kantor ini milik umat, bukan milik bapak-bapak," beberanya.
[rus]
BERITA TERKAIT: