KABINET JOKOWI-JK

Lukman, Ryamizard dan Khofifah adalah Oase Harapan...

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/aldi-gultom-5'>ALDI GULTOM</a>
OLEH: ALDI GULTOM
  • Sabtu, 25 Oktober 2014, 10:32 WIB
Lukman, Ryamizard dan Khofifah adalah Oase Harapan...
ilustrasi/net
rmol news logo Rengekan berbagai kepentingan terhadap proses pembentukan kabinet Jokowi-JK patut dipertimbangkan matang-matang oleh kedua pimpinan nasional itu. Dukungan rakyat yang besar membuat Jokowi-JK "berutang" kepada rakyat dalam bentuk kabinet yang bersih, trengginas dalam bekerja dan juga mampu menjalankan konsep Trisakti.

Belasan nama sudah dipanggil ke Istana Negara oleh presiden. Beberapa tokoh dianggap sebagai calon kuat. Memang, ada yang menuai protes. Sebut saja Kuntoro Mangkusubroto, Rini Soemarno, Sofyan Djalil, Hendropriyono, dan beberapa nama lain. Mereka menuai resistensi antara lain karena dianggap pernah atau diduga kuat terlibat kasus hukum masa lalu, pelanggar hak asasi manusia, tidak peka terhadap situasi ekonomi rakyat miskin, dan paling parah dituduh sebagai agen asing.

Namun, rengekan atau juga kritik atas prediksi susunan kabinet yang beredar harus diimbangi dengan penilaian positif terkait masuknya sejumlah nama yang memiliki rekam jejak baik.

Dalam beberapa versi perkiraan susunan kabinet, ada nama-nama yang bisa diterima oleh hampir semua kalangan di Tanah Air. Rekam jejak mereka tidak kotor, catatan hukumnya tak ada, dan paling penting pemikiran dan tindakannya selama ini sejalan dengan garis perjuangan Jokowi mewujudkan kedaulatan dalam politik, berdikari dalam ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan (konsep Trisakti)  
 
Nama-nama yang mendapat poin plus dari publik atau minimal tak mendapat penolakan yang kuat antara lain, Lukman Hakim Saifuddin yang kabarnya diplot menjadi calon menteri agama, Khofifah Indar Parawansa sebagai calon menteri koperasi dan UKM. Ada juga Ignasius Jonan yang dianggap pantas menjadi calon menteri perhubungan, serta Jenderal (Purn) Ryamizard Ryacudu yang punya modal moral kuat untuk menjadi menteri pertahanan.

Beberapa nama inilah yang diibaratkan publik bak "oase" di tengah keringnya integritas para elite dan panasnya konstelasi pembentukan kabinet.

Lukman Hakim (51) dikenal sebagai sosok politisi juga intelektual muda yang agamis sekaligus pluralis. Mantan Wakil Ketua MPR RI yang kemudian dipercaya Presiden SBY menjabat Menteri Agama itu memiliki darah kental Nahdlatul Ulama (NU), yang bisa jadi modal tambahan untuk memperkuat kabinet.

Sedangkan Khofifah (49), selain karena mewakili kelompok perempuan, Ketua Umum Muslimat NU itu termasuk tokoh yang bersih dari kasus korupsi. Selain dari sisi itu, secara kepribadian sosok Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan pada Kabinet Persatuan Nasional itu juga dikenal rendah hati. Kemampuannya dalam manajemen pemerintahan sudah diuji ketika membantu Presiden ke-4 RI, Gus Dur. Khofifah juga didaulat sebagai juru bicara tim pemenangan Jokowi-JK pada Pilpres 2014 atas dasar penunjukkan langsung dari Jokowi.

Mengenai Iganisius Jonan (51), namanya harus diakui mendapat dukungan kuat publik dan media massa.  Direktur Utama PT Kereta Api  Indonesia (PTKAI) sejak 2009 itu tercatat banyak melakukan "gebrakan" positif dalam waktu yang cukup singkat. Yang dianggap paling kentara oleh publik adalah kenyamanan transportasi massal paling laku itu. Di tangannya, citra perkeretaapian Indonesia berubah dari kumuh menjadi bersih, aman  dan modern.

Jebolan Universitas Airlangga itu, satu almamater dengan Khofifah, melakukannya dengan cara antara lain, penertiban kereta ekonomi dan stasiun dari pedagang asongan dan kaki lima, pengadaan pendingin ruangan pada gerbong-gerbong kereta ekonomi, peningkatan kebersihan di semua stasiun dan penerapan tiket elektronik dan pembelian tiket secara online.

Sementara, sosok Jenderal (Purn) Ryamizard Ryacudu (64) yang bercokol di tiap prediksi susunan kabinet, dikenal semua orang sebagai sosok tentara yang bersih, tidak cawe-cawe dalam urusan politik dan sangat tegas. Ryamizard juga dinilai sebagai tentara religius yang sangat nasionalis.

Baginya, musuh negara adalah pemberontak yang ingin mengubah NKRI. NKRI harga mati, tidak boleh diubah jadi negara agama, negara komunis, termasuk negara federal. Sikap profesional dari mantan Pangdam Brawijaya dan Pangdam Jaya itu mengantarkannya ke jabatan tertinggi di Angkatan Darat periode 2002-2005.

Dukungan kepada Ryamizard bukan hanya datang dari publik jelata, melainkan juga dari internal partai pengusung Jokowi-JK. Bahkan, nama Ryamizard sempat masuk sebagai bakal calon wakil presiden untuk Jokowi. Dengan kata lain, kapasitas, kemampuan dan kedekatan Ryamizard dengan elite PDI Perjuangan tak diragukan lagi. [ald]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA