Tak hanya itu, demokrasi Indonesia digambarkan sedang diambang kehancuran, bahkan situasi politik kini dalam posisi berhadap-hadapan antara legislatif dan eksekutif, lebih spesifik antara KMP dan KIH.
"Banyak sekali nada pesimis lainnya yang terselip di media sosial ataupun di media massa," ucap anggota MPR RI, Jeffrie Geovanie (Senin, 20/10).
Tapi, semua nada pesimisme itu sudah berlalu, semua kenyinyiran yang selalu dihembuskan juga sudah terkubur. Karena terbukti, pelantikan Joko Widodo sebagai Presiden pagi tadi adalah "moment of truth". Tidak ada suasana permusuhan, tidak ada situasi berhadap-hadapan dalam Sidang Paripurna MPR dengan agenda tunggal Pelantikan Presiden dan Wapres RI tersebut.
"Bahkan tidak ada kebencian tersisa di jam-jam bersejarah itu," ungkapnya.
Apalagi pasangan pesaing Jokowi-Jusuf Kalla pada Pilpres kemarin, Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa disambut
standing applause saat menghadiri pelantikan tersebut. Begitu juga SBY- Boediono.
"Semua saling memberikan penghargaan, menempatkan posisi dan porsi masing-masing dengan begitu sempurna dalam harmoni," ujar politikus muda ini.
Semua ini sejalan dengan pernyataan Jokowi sejak awal kemunculannya di Pilpres, bahwa politik itu adalah kegembiraan. Dan itu konsisten dilaksanakannya hingga hari ini.
"Kita, di hadapan tamu-tamu asing dari negara sahabat, menunjukkan sebuah politik demokrasi yang bernilai sangat tinggi dan mulia. Kita bahkan bisa berkata, belajarlah demokrasi, dari sini, Indonesia," demikian anggota MPR RI ini mengakhiri.
[zul]
BERITA TERKAIT: