Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Singa Jadi Timses Monyet

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/m-hatta-taliwang-5'>M. HATTA TALIWANG</a>
OLEH: M. HATTA TALIWANG
  • Selasa, 30 September 2014, 17:27 WIB
Singa Jadi Timses Monyet
ilustrasi/net
SETELAH amandemen UUD, kekuasaan para "Singa" dipreteli. Dia tidak lagi dianggap tepat sebagai raja hutan. Para penghuni hutan bersepakat bahwa untuk mendapatkan raja hutan baru harus dilakukan dengan cara langsung agar terasa benar benar demokratis. Hanya dengan cara voting, maka raja hutan baru bisa dilahirkan dan legitimate. Cara musyawarah mufakat antara para singa, macan, buaya, dan lain-lain menentukan raja hutan seudah dianggap ketinggalan zaman. Tidak demokratis. Melanggar hak-hak yang lain dan anti demokrasi.

Tibalah pada suatu hari akan diadakan Pilkada penghuni hutan (Pilhutan). Singa, macan, buaya dan lain-lain yang sadar dengan jumlah pengikutnya terbatas memilih pasif. Paling-paling ikut jadi anggota KPU, yang rada cerdas duduk di MK, atau Panwaslu atau di DKPP menunggu perselisihan terjadi. Kebanyakan anggota singa, buaya, macan jadi tim sukses dari salah satu penghuni hutan yang banyak pengikut atau anggotanya; rusa, monyet, banteng dan lain-lain.

Lucu juga menyakasikan ada buaya jadi tim sukses rusa, ada macan jadi tim sukses banteng, ada singa jadi tim sukses monyet. Kadang ada kekhawatiran, suatu saat tim sukses itu mamangsa majikannya. Tapi kabarnya singa atau macan atau buaya rata-rata ompong. Syukurlah !

Saat kampanye bukan main hingar bingarnya. Hutan terasa menggelegar. Yang paling berisik monyet. Karena monyet mendekati kepintaran dan kelihaian manusia, sehingga singa yang jadi tim suksesnya pun bingung. Singa sudah mengatur bagaimana menyetel agar media massa berpihak padanya. Segala rumus pencitraan diajarkan. Semua bandar-bandar yang kuasai logistik digerakkan, termasuk bagaimana KPU, Bawaslu, DKPP, MK bahkan bila perlu KPK pun dipinjam tangannya. Yang di luar perkiraan lawan-lawan politiknya si monyet ternyata punya langkah jitu memenangkan Pilhutan: rusa atau banteng meskipun banyak pengikut dan lincah, tapi tidak bisa melompat bergelantungan dari pohon ke pohon. Kelebihan inilah yang dimanfaatkan untuk meraih kemenangan. Kebetulan KPU mengeluarkan Daftar Pemilih Tambahan dan Daftar Pemilih Khusus. Sehingga sang monyet mendapat landasan hukum untuk melakukan manuver saat pencoblosan.

Singkat cerita, saat pencoblosan digelar sang monyet menggerakan seluruh teman-teman monyetnya dari seluruh kawasan hutan termasuk dari wilayah hutan lain, melompat dari satu pohon ke pohon lain, bergerak cepat sehingga praktis TPS dimana-mana didatangi para monyet. Dengan mudah sang monyet terpilih sebagai raja hutan baru.

Suasana ini sangat mengganggu perasaan sang singa, macan, buaya yang merasa jagoan. "Kok kita sekarang dipimpin monyet sih?" gumam mereka. Tapi para singa, macan, buaya tidak yakin monyet akan efektif memimpin. Maka para singa sudah siap-siap menelan monyet dan siap-siap menjadi raja hutan kembali.

"Hidup Pilhutan langsung," teriak monyet, rusa dan banteng protes. Tapi suara mereka hilang ditelan suara auman sang singa yang memang punya aura bawaan sebaga raja hutan sejati.[***]

Penulis adalah Direktur Insititut Ekonomi Politik Soekarno Hatta (IEPSH), aktivis 77/78.

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA