Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi dan Pembangunan, Firmanzah, mengakui kecenderungan kenaikan harga komoditas pangan menjelang Lebaran. Dia menilai biasa perilaku masyarakat yang memborong komoditas pangan karena kekhawatiran langkanya pasokan pada bulan puasa dan lebaran.
Menurut Firmanzah, ada beberapa faktor yang memicu kenaikan harga yakni ketidakcukupan pasokan akibat kekurangan produksi atau kelangkaan akibat aksi spekulasi, adanya penimbunan bahan pangan, dan terkendalanya distribusi pasokan.
"Risiko kenaikan harga yang memicu inflasi ini hanya dapat ditekan dengan memastikan ketersediaan pasokan yang memadai dan pengendalian harga akhir di tingkat konsumen," kata Firmanzah, dikutip dari setkab.go.id, Senin pagi (30/6).
Pemerintah, tegas Firmanzah, memastikan ketersediaan pasokan kebutuhan masyarakat sepanjang bulan Ramadhan dan menjelang hari raya Idul Fitri 1435H. Ia menyebut contoh, stok beras. Bulog sudah memiliki stok mencapai 2 juta ton atau cukup untuk enam bulan ke depan di samping produksi beras yang tinggi di level 41 juta ton.
Firmanzah juga menyebutkan, pemerintah terus memonitor perkembangan harga-harga di tingkat masyarakat sehingga intervensi pasar (operasi pasar) dapat ditempuh sewaktu-waktu jika diperlukan.
Ia menyebutkan, dalam pengamatan Kementerian Perdagangan, sebagian besar harga komoditas pangan sebenarnya relatif stabil seperti beras, gula pasir, minyak goreng, tepung terigu, daging sapi, telur ayam ras, cabe merah keriting, dan bawang putih.
Sementara komoditas yang bergerak naik seperti daging ayam, telur ayam, bawang merah dan cabe rawit, namun masih dalam batas toleransi 5-10 persen. Bahkan beberapa komoditas hortukultura, sebut Firmanzah, justru menunjukkan fenomena penurunan harga akibat melimpahnya panen.
[ald]
BERITA TERKAIT: