SBY Puji Aceh yang Kaya Budaya dengan Tradisi Islam yang Kuat

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/aldi-gultom-1'>ALDI GULTOM</a>
LAPORAN: ALDI GULTOM
  • Jumat, 20 September 2013, 11:55 WIB
rmol news logo Hari ini (Jumat, 20/9) adalah hari kedua Presiden SBY beraktivitas di Banda Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam. Presiden dan dan Ibu Negara Ani Bambang Yudhoyono membuka Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-6 di Taman Sulthanah Shafiatuddin, Banda Aceh, pada pukul 09.00 WIB.

"Semoga perhelatan sepekan ini dapat menampilkan kekayaan budaya dan adat istiadat Aceh yang khas dan unik dengan tradisi keislaman yang kuat," kata Presiden SBY dalam sambutannya, dikutip dari presidenri.go.id.

PKA VI bertemakan "Aceh Satu Bersama", dengan sub tema "Aceh Satu dalam Budaya, Aceh Satu dalam Sejarah." Tema tersebut dipilih dengan semangat membangun harkat dan martabat masyarakat Aceh, seraya berharap terwujudnya persatuan dan kebersamaan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kepala Negara menilai Aceh memiliki keragaman budaya yang kaya. Banyaknya peninggalan sejarah, mulai bangunan, makam tua hingga peninggalan tsunami, serta seni dan budaya spiritual, dapat dijadikan daya tarik wisatawan. SBY juga memuji rakyat Aceh yang mempunyai karya seni luar biasa dan monumental, seperti Tari Saman yang diakui Unesco sebagai warisan budaya tak benda milik dunia. Selain Saman, Aceh juga memiliki Tari Seudati dan Tari Tarik Pukat.

Adat-budaya dan hukum syariat Islam bagi masyarakat Aceh adalah satu. Tidak ada budaya, produk budaya, produk seni, perilaku budaya Aceh yang tidak Islami. Unsur-unsur budaya atau seni pra-Islam yang masih muncul saat ini pun tentu sudah terlebih dahulu mengalami Islamisasi dan melewati verifikasi para ulama agung masa lalu.

PKA merupakan hajat yang menyimpan sejarah peradaban Aceh. Menurut sejarah, pelaksanaan PKA untuk mengembalikan identitas, harkat, dan martabat budaya Aceh yang sempat terabaikan. Untuk mengembalikan dan menjaga harga diri itulah, maka dilaksanakan PKA yang pertama, yaitu tahun 1958.

PKA pertama ini digagas oleh salah satu tokoh Aceh, Nyak Yusra, pada 12 Agustus 1958, di Balai Teuku Umar (BTU) Kuta Raja. PKA I ini dinilai sebagai 'Renaisance' atau bangunnya kembali kebudayaan Aceh.

PKA ke-2 baru dilaksanakan 10 tahun kemudian. Penggagasnya adalah Pangdam I/Iskandar Muda kala itu, Brigjen T. Hamzah. Sementara PKA ke-3 terlaksana 20 tahun kemudian, pada 24 Agustus 1988 di Stadion Lampineung, Banda Aceh. Selanjutnya, PKA ke-4 berlangsung pada 30 Desember 2004 di Anjong Mon Mata. Pelaksanaan PKA ke-4 ini dilandasi Perda No. 22 Tahun 2000 yang telah membentuk Dinas Kebudayaan Provinsi NAD dengan tugas dan fungsi utama membangun dan mengembangkan sektor kebudayaan dalam kehidupan masyarakat Aceh.

Untuk PKA ke-5, diselenggarakan pada 5 Agustus 2009 di Stadion H. Dimurthala Lampineung. Perhelatan tersebut dibuka oleh Presiden SBY. Setelah PKA ke-5 ini, pemerintah daerah Aceh mengagendakan pelaksanaan kegiatan PKA untuk dapat dilaksanakan 5 tahun sekali. Adapun PKA ke-6 sekarang pelaksanaannya didasari pada surat Gubernur Aceh No. 430/34816 tanggal 22 Agustus 2012.

Presiden SBY membuka PKA ke-6 dengan memukul Tambo, didampingi oleh Menteri Penddikan dan Kebudayaan, M. Nuh; Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu, dan Gubernur Aceh Zaini Abdullah. Pemukulan Tambo tersebut diiringi dengan Rapai Pasee dan pelepasan balon udara "Visit Aceh Year" oleh Ketua Panitia PKA ke-6 yang juga Wagub Aceh Muzakkir Manaf.

Usai peresmian, SBY dan Ibu Ani kemudian meninjau stan pameran PKA ke-6, serta melakukan penanaman pohon Nangkadak. Turut hadir dalam perhelatan ini antara lain Mensesneg Sudi Silalahi, Mendagri Gamawan Fauzi, Menkes Nafsiah Mboi, dan Menteri PAN dan Reformasi Birokrasi Azwar Abubakar. [ald]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA