Demikian disampaikan Ketua Umum Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), Wiranto, usai bertemu dan berdiskusi langsung dengan Sekretaris Jenderal Partai Fretilin (Frente Revolucionária de Timor-Leste Independente), Mari Al-Katiri, Rabu malam (12/6). Dalam pertemuan itu Wiranto didampingi oleh Ketua Fraksi Partai Hanura DPR RI Syarifuddin Sudding, Ketua Umum Srikandi Hanura Miryam S. Haryani, Krisdayanti serta Raul Ramos, sementara itu Mari Al-Katiri didampingi oleh jajaran pimpinan Partai Fretilin diantaranya Arif Abdullah Sagran, Filamena Aleixo, Lionia Monteiro dan Jose Januari.
Pertemuan itu sendiri dimaksudkan untuk saling bertukar pikiran serta mempererat hubungan persahabatan kedua partai yang kebetulan sama-sama menjadi partai non-koalisi di negara masing-masing. Pada pertemuan yang dipenuhi nuansa persahabatan tersebut, kedua petinggi partai saling menjelaskan kondisi dan posisi partai masing-masing dalam konstalasi politik nasional di negaranya.
"Salah satu poin terpenting dalam pertemuan kami, ternyata kami sepakat dan paham bersama kami perlu untuk melakukan kerja sama dalam perjuangan politik ke depan," kata Wiranto.
Ia mengatakan, paling tidak Partai Fretilin mempunyai banyak pengalaman sebagai partai perjuangan. Pengalaman itu mungkin bisa menjadi cermin bagi Hanura dalam perjalanan ke depan. Sementara meski Hanura baru berdiri 7 tahun lalu, komitmennya untuk menegakkan kebenaran sesuai keadilan dan hati nurani tak perlu diragukan lagi. Selain itu kedua partai juga memiliki garis perjuangan yang secara subtansial sama, yakni keduanya bukan partai koalisi pemerintah tetapi justru partai yang selalu memberikan kritikan membangun kepada pemerintah.
Hal tersebut dibenarkan oleh Mari Al-Katiri. Ia dan Wiranto punya kesamaan untuk mengkritik dengan cara elegan dan cerdas, serta memberikan solusi bagi permasalahan yang tengah dihadapi negara masing-masing. Selain itu, Mari mengakui, dirinya bersama Wiranto yang disebutnya sebagai sahabat seperjuangan menegakkan keadilan dan membangun kesejahteraan masyarakat, itu juga membincangkan bagaimana membangun Pemilu yang benar-benar jujur, adil dan transparan. Dengan demikian diharapkan dihasilkan pemimpin yang betul-betul mempunyai integritas dan kompentensi sebagaimana harusnya.
Tanpa adanya Pemilu yang dilaksanakan dengan ideal itu, dapat dipastikan akan banyak kekeliruan sehinggga upaya menghasilkan pemimpin-pemimpin ideal itu pun gagal. Yang menarik, pertemuan itu pun secara nyata menegaskan bahwa tak ada hambatan apa pun diantara para pemimpin Timor Leste dengan Wiranto, sebagaimana sering digaungkan dalam rumor-rumor oleh beberapa kalangan tertentu.
[rsn]
BERITA TERKAIT: