Satunya lagi adalah kapal induk Perancis, yaitu
Charles de Gaulle, yang tengah manuver latihan di Samudera Hindia, dekat sisi barat Sumatera.
HMAS Canberra (L02) adalah kapal perang jenis pendarat amfibi berkemampuan angkut helikopter atau LHD
(landing-helicopter-dock). Dalam terminologi militer Amerika, kapal jenis ini disebut pula sebagai kapal serbu amfibi
(amphibious assault ship). Fungsinya selain untuk mendaratkan pasukan juga sebagai kapal pengangkut helikopter, baik heli angkut, heli serbu maupun heli serang.
HMAS Canberra adalah kapal perang terbesar milik Australia. Kapal ini dibuat mulai tahun 2008 oleh galangan Navantia, Spanyol. Bentuk
HMAS Canberra amat mirip kapal induk
Juan Carlos milik AL Spanyol. Basis desain lambung dan tata letak
HMAS Canberra memang mengambil dari kapal Spanyol tersebut.
Dalam jajaran AL Australia, meskipun secara resmi
HMAS Canberra dioperasikan untuk mengangkut helikopter, namun semua pengamat mengamini kalau
HMAS Canberra dapat dialihfungsikan sebagai kapal induk. Hal ini terlihat gamblang dengan dipersiapkannya bagian depan dek penerbangan
(flight deck) yang masih terdapat
ski jump (bagian dek ujung depan yang melandai ke atas sekitar 13 derajat).
Pada
Juan Carlos, bagian ini difungsikan untuk membantu jet-jet tempur
AV-8B Harrier AL Spanyol lepas landas dengan cepat. Karena jet tempur
Harrier sudah tidak diproduksi lagi, maka calon “terdekat†jet tempur untuk dioperasikan AL Australia adalah
F-35B Lightning II yang berkemampuan lepas landas di landasan amat pendek dan mendarat secara vertikal atau STOVL
(short take off and vertical landing).
AU Australia sudah mulai mengoperasikan jet tempur siluman
F-35A Lightning II yang hanya mampu lepas landas dan mendarat di landasan konvensional. Hal ini membuat militer Australia takkan kesulitan jika suatu saat perlu mengakuisisi dan mengoperasikan varian
F-35B dalam waktu singkat.
Banyak kesamaan sistem dan komponen antara
F-35A dan
F-35B. Tak heran ada yang mengomentari
HMAS Canberra sebagai “kapal induk yang masih malu-malu mengakui jati dirinyaâ€.
Kapasitas angkut
HMAS Canberra tidak main-main. Kapal ini mampu memboyong 18 unit helikopter sekelas
Blackhawk, NH-90 Caiman ataupun
Super Cougar, 110 unit kendaraan taktis, 12 unit tank berat kelas
Abrams ataupun
Leopard 2, serta sekitar 1.000 orang prajurit.
Persenjataan sekedar untuk bela diri menggunakan kanon 25 mm dan senapan mesin. Sehingga dalam pelayarannya,
HMAS Canberra selalu dikawal kapal perang minimal sekelas fregat. Kapal perang berbobot tempur 27.500 ton memiliki kecepatan maksimum sekitar 20 knot dengan jangkauan layar hingga 17.000 km pada rentang kecepatan jelajah 15 knot. Penggeraknya adalah kombinasi mesin diesel dan gas turbin.
Beda lagi dengan
Charles de Gaulle (R91) milik AL Perancis. Kapal ini nyata-nyata memang kapal induk
(aircraft carrier). Bobot tempur kapal yang mulai beroperasi tahun 2001 ini adalah sekitar 42.000 ton, dengan kecepatan maksimum 27 knot dan daya jelajah nyaris tak terbatas. Ini karena penggerak
Charles de Gaulle adalah reaktor nuklir yang baru diisi ulang bahan bakar setelah sekitar 8-10 tahun.
Charles de Gaulle mampu membawa 40 unit pesawat terbang, terdiri dari sayap tetap maupun sayap putar (helikopter). Biasanya terdiri dari kombinasi 20 jet tempur
Rafale-M, tiga pesawat radar
E-2C Hawkeye dan belasan unit helikopter angkut dan heli anti kapal selam.
Untuk memperpanjang jangkauan terbang jet tempur
Rafale-M, beberapa jet difungsikan berganda sebagai pesawat tanker. Beberapa di antaranya dilengkapi sistem pengisian bahan bakar ke sesama
Rafale-M atau yang dikenal dengan
buddy-buddy refueling system.
Jet tempur
Rafale-M yang dibawa
Charles de Gaulle selain mampu melaksanakan berbagai misi, juga mampu melakukan misi penyerangan nuklir. Perihal keberadaan senjata nuklir dalam bunker senjata
Charles de Gaulle, memang tidak pernah diakui terbuka oleh Perancis.
Charles de Gaulle adalah satu-satunya kapal induk di luar armada supercarrier kelas
Nimitz milik AL AS, yang meluncurkan jet-jet tempurnya dengan sistem ketapel. Sistem yang dikenal dengan CATOBAR
(catapult-assisted take off but arrested recovery) ini memungkinkan pesawat berbobot berat seperti
E-2 Hawkeye mampu beroperasi dari landasan kapal induk yang sangat pendek itu.
Sistem CATOBAR dinilai fleksibel karena yang bisa diangkut tak melulu jet tempur STOVL, tapi juga jet tempur lepas landas konvensional seperti
Rafale-M atau
F/A-18E/F Super Hornet. Perancis dan Amerika sudah beberapa kali saling bertukar jet tempur dalam latihan gabungan antar kedua negara. Seperti dalam
Chesapeake Exercise tahun 2018 lalu, sebanyak delapan
Rafale-M beroperasi dari kapal induk
USS George HW Bush kala berlayar di Samudera Atlantik.
Namun sama seperti halnya
HMAS Canberra, kapal induk
Charles de Gaulle pun hanya dibekali senjata untuk bela diri jarak dekat. Sehingga dalam operasinya kapal induk kebanggaan Perancis ini harus selalu dikawal kapal-kapal fregat.