Pengadaan kapal perang jenis fregat
Iver Huitfeldt memang masuk dalam kajian untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum atau MEF
(minimum essential forces) TNI tahap berikutnya.
Fregat sekelas
Iver Huitfeldt bisa merupakan langkah ke depan untuk melengkapi fregat kelas
SIGMA-10514 atau kelas Martadinata yang saat ini sudah ada dua unit, yaitu KRI
RE Martadinata dan KRI
I Gusti Ngurah Rai.
Secara global, pengadaan fregat dalam program MEF dimaksudkan untuk mengganti fregat-fregat kelas Ahmad Yani
(kelas Van Speijk) sebanyak enam unit dan kelas
Tribal sebanyak tiga unit. Kelas
Tribal yang terdiri dari tiga kapal sudah lebih lama dipensiunkan oleh TNI AL. Bila benar, paling sedikitnya TNI AL membutuhkan dua fregat sekelas
Iver Huitfeldt.
Fregat kelas
Iver Huitfeldt sendiri dibuat oleh
Odense Staalskibsvaert, Denmark. AL negeri itu mengoperasikan tiga unit kapal kelas ini
(Iver Huitfeldt, Peter Willemoes dan
Niels Juel). Kapal perang jenis fregat ini memiliki kemampuan utama sebagai fregat anti serangan udara. Disamping mampu bertempur dengan kapal perang lain,
Iver Huitfeldt juga berkemampuan memburu kapal selam.
Iver Huitfeldt dilengkapi persenjataan meriam
Oto Melara kaliber 76 mm, kanon penangkis rudal jenis
Oerlikon Millenium Gun kaliber 35 mm, rudal anti kapal
Harpoon, torpedo anti kapal selam
MU-90 dan tentu saja rudal hanud. Untuk rudal anti pesawat ini, kelas
Iver Huitfeldt bersifat opsional, tergantung minat pembeli. Bisa diisi rudal hanud
Standard SM-2 atau
Evolved Sea Sparrow (ESSM).
Dengan bobot tempur sekitar 6.600 ton, fregat kelas
Iver Huitfeldt diklasifikasikan di atas kelas Martadinata yang bobot tempurnya sekitar 2.300 ton. Dengan bobot demikian, sebenarnya
Iver Huitfeldt sudah masuk kategori kapal perusak
(destroyer) ringan.
Sensor-sensor kelas
Iver Huitfeldt seperti radarnya pun berkelas dunia. Bicara radar, sesungguhnya jenis yang berbeda (lebih kecil) sudah dipakai TNI AL. Antara lain untuk kapal perang
KCR-60 buatan PT PAL.
Bisa jadi, ini yang menjadi salah satu alasan mengapa Indonesia tertarik pada fregat kelas
Iver Huitfeldt. Selain tentu saja soal harga yang terbilang lebih murah ketimbang fregat sekelas buatan negara Eropa lainnya. Rahasianya ada di desain lambung
Iver Huitfeldt yang bersifat modular yang diambil langsung dari kapal perang kelas
Absalon, buatan Denmark.
Selain itu, tawaran terbuka Denmark akan proses alih teknologi, juga menjadi faktor yang dipertimbangkan. Hanya saja, porsinya tentu tak lepas dari nilai kontrak yang terjadi. Dengan kata lain, kalau mau alih teknologi yang tinggi (porsi besar), tentu jumlah kapal perang yang dibeli perlu lebih banyak lagi.