Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kearifan Lokal Senjata Ampuh Tangkal Ideologi Transnasional

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Kamis, 15 Maret 2018, 08:52 WIB
Kearifan Lokal Senjata Ampuh Tangkal Ideologi Transnasional
Hamdi Muluk/Humas BNPT
rmol news logo Kemajuan teknologi informasi makin memudahkan masuknya ideologi-ideologi transnasional yang tidak sesuai dengan landasan dan falsafah bangsa Indonesia.

Karena itu, sebagai bangsa yang menjunjung tinggi dan memiliki nilai-nilai kemanusiaan dan kebudayaan, sudah seharusnya menggunakan kearifan lokal itu untuk melindungi sekaligus memperkuat persatuan dan kesatuan.

"Kalau bangsa itu punya identitas yang kuat, kalau ada tawaran-tawan ideologi dari luar yang akan memecah belah persatuan Indonesia, tentu itu tidak akan bertahan lama. Kita punya struktur, kita punya ketahanan menyangkut identitas jati diri bangsa kita tadi, yakni budaya kearifan lokal yang banyak sekali. Jadi ini harus kita perkuat untuk memperkuat persatuan kita," ujar Gurubesar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI), Prof. Dr. Hamdi Muluk di Jakarta.

Dalam konteks kekinian, menurut Hamdi, adanya paham-paham keagamaaan yang menyerukan ke arah radikalisme, memecah persatuan, kebhinnekaan, saling menyalahkan serta mengkafirkan satu sama lain seharusnya bisa dicegah dengan memperkuat kearifan lokal bangsa Indonesia
 
"Dan itu (kearifan lokal) menjadi daya tahan kita dalam menangkal paham dari luar yang akan memecah belah bangsa kita," ujarnya.

Menurutnya, sebagai masyarakat yang telah memiliki budaya tersendiri tidak boleh goyah. Apalagi sekarang banyak orang yang coba untuk disesatkan dengan mengacaukan seperti masalah kebiasaan dalam kebudayaan tertentu dengan Islam.

"Misalnya ada orang yang mengatakan islam di negeri Arab sana dengan kebiasaan kebudayaanya, maka itulah bagaimana cara orang mengimplementasikan Islam dengan konteks ke Arab-Araban bukanlah sesuatu yang  salah," terangnya.

Ia melihat sekarang yang dipertentangkan kebanyakan adalah hal-hal remeh-temeh yang tidak prinsip. Namun itu malah digembar-gemborkan.

"Gagasan Islam Nusantara itu menurut saya tidak ada yang salah. Itu kan sebenarnya mencoba untuk mengkontekstualisasikan sebuah ajaran Islam dalam konteks ke Indonesiaan kita dan mendapat corak yang bisa berbeda dengan orang yang mengimplementasikan nilai-nilai Islam di belahan budaya yang lain," papar anggota kelompok Ahli BNPT bidang psikologi ini.

Terpenting, kata dia, masyarakat Indonesia harus kembali kepada jati diri bangsanya. "Tidak mungkin kita ini berada dalam ‘proyek' Indonesia ini kalau kita tidak kuat. Tapi pada kenyataannya sudah 72 tahun kita ini merdeka dan kita tetap survive dan tidak terpecah belah," pungkasnya.[wid]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA