Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kepala BNPT Berbagi Tips Identifikasi Radikalisme

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Rabu, 14 Februari 2018, 16:08 WIB
Kepala BNPT Berbagi Tips Identifikasi Radikalisme
Suhardi Alius/Humas BNPT
rmol news logo Radikalisme dan terorisme sekarang sudah menjadi menjadi ancaman global. Artinya, tantangan penanggulangan terorisme semakin hari semakin tinggi. Bahkan kejadian terorisme di belahan dunia lain, Indonesia juga harus menghadapi.

Begitu disampaikan Kepala BNPT Komjen Pol. Suhardi Alius saat memberikan Studium Generale (kuliah umum) dengan tema “Bahaya Radikalisme dan Terorisme di Kalangan Remaja dan Kampus” di Gedung Graha Cendekia, Akademi Kepolisian (Akpol), Semarang, Rabu (14/2). Menurutnya, untuk menghadapi tantangan itu generasi muda, mahasiswa, terutama taruna Akpol, harus memiliki rasa nasionalisme dan keteladanan yang tinggi, agar mampu menjawab tantangan itu.

"Kemarin saya mengisi kuliah umum di depan 4500 mahasiswa ITB di Bandung, sekarang 1200 taruna Akpol. Mereka adalah calon penerus bangsa dan aparat yang akan melayani dan mengayomi masyarakat. Karena itu perspektif pencegahan radikalisme dan terorisme harus kita samakan sebagai eksistensi. Merekalah yang nanti akan berada di garda terdepan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat," kata Komjen Suhardi Alius.

Pada kesempatan itu, mantan Kabareskrim Polri ini juga memberikan tips bagaimana nantinya mengenal identifikasi radikalisme dari tahap awal sampai tahap terjadinya aksi radikalisme. Salah satunya, adalah contoh returnees (WNI yang kembali dari Suriah setelah bergabung dengan ISIS).

"Mereka (returnees) ini yang kami hadapi. Ingat mindset mereka sudah sangat berubah. Meski masih anak-anak tapi mereka sangat keras sehingga cara menghadapinya tidak bisa main-main," terang Suhardi.

Selain itu, Suhardi juga membagikan pengalamannya sebagai anggota Polri, tidak hanya pengalaman akademik, tapi juga di lapangan. Menurutnya, apa yang didapat para taruna Akpol di akademi ini hanya sekian persen, sementara belantara kehidupan nantinya setelah lulus terbentang luas. Hal inilah yang mesti disikapi karena antara teori dan kenyataan akan jauh berbeda. Kalau tidak menyerap dan mengakselerasi ini, akan sulit bagi para taruna saat menjalankan tugas sebagai anggota Polri.

Komjen Suhardi Alius menambahkan bahwa tugas polisi itu adalah menangani ‘limbah’ di masyarakat. Ada orang berideologi radikal dan bikin aneh-aneh jadi urusan polisi.

Begitu juga politik, bila ada apa-apa polisi yang harus turun, juga ekonomi dan penyimpangan lainnya. Karena itu, para taruna Akpol harus benar-benar diberi pemahaman.

Suhardi khawatir bila para taruna ini tidak dibekali dan disiapkan tentang pemahaman penanggulangan terorisme, nasionalisme, dan keteladanan, justru mereka akan malah larut dalam ‘limbah’ yang ditangani.

Contohnya salah satu mantan teroris Sofyan Tsauri adalah mantan anak buahnya saat menjadi Kapolres Depok. Ia terpapar saat mendapat tugas ke Aceh.

"Idealisme, nasionalisme, dan keteladanan itu harus terus dipegang teguh. idealisme seperti yang didapat di pendidikan karena tantangan kita depan akan sangat berat," tutur Suhardi.[wid]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA