Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Misteri Kematian Dr Azahari Dibuka

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/aldi-gultom-1'>ALDI GULTOM</a>
LAPORAN: ALDI GULTOM
  • Jumat, 20 Oktober 2017, 18:12 WIB
rmol news logo Misteri Dr Azahari, tokoh teroris asal Malaysia yang tewas di Batu-Malang pada 2005 setelah baku tembak dengan polisi, kini dibuka ke pubik.   

Misteri itu terkuak dalam wawancara antara Andy F. Noya dan Komjen Pol. Arif Wachjunadi, Kamis (19/10). Detik-detik tewasnya Dr Azahari, tokoh teroris yang sangat dicari pemerintah Malaysia dan Indonesia, termuat dalam buku  "Menguak Misteri Teroris DR. Azahari-MISI WALET HITAM 09.1105 – 15.45", yang diterbitkan Penerbit Kompas dan ditulis Arif Wachjunadi.

Menurut Arif, yang saat ini menjabat sebagai Sekretaris Utama Lemhannas RI, misteri demi misteri seputar kehidupan dan sekaligus menjelang tewasnya Dr Azahari yang bernama lengkap Azahari Bin Husin itu, terkuak setelah dirinya mulai mewancarai para pelaku dan saksi terkait dengan aksi teroris di Indonesia, terutama yang berhubungan erat dengan sepak terjang Dr Azahari.

Azahari adalah tokoh sentral dan dipercaya sebagai dalang utama tragedi Bom Bali Satu, yang terjadi pada 12 Oktober 2002 yang menewaskan 202 jiwa dan melukai 209 orang. Karena itu, buku ini diawali dengan wawancara terhadap para saksi dan pelaku Bom Bali Satu. Setidaknya ada 12 pelaku utama Bom Bali Satu, yang diceritakan oleh enam orang yang masih ada sebagai saksi hidup.

Mereka yang terlibat langsung antara lain adalah Mukhlas alias Ali Gufron, Abdul Goni, Mubarok, Imam Samudera, Ali Imron, Sawad, Umar Patek, Amrozi,  Idris dan Abdul "Dulmatin" Matin, Dr Azhari, dan Nurdin M Top. Sebagian besar pelaku adalah lululsan Akademi Militer Afghanistran dari berbagai angkatan.  Azahari sendiri dikenal sebagai ahli bom kelas kakap yang pernah mengikuti kursus singkat militer di kamp militer milik Osama Bin Laden.

"Buku ini merupakan the untold story dari tewasnya Azahari di Batu. Buku ini diberi judul Misi Walet Hitam karena penggerebekan dan pengepungan Azahari di Villa Flamboyan, Malang ini disebut sebagai tugas pertama yang nyata lawannya setara bagi kemampuan penindakan yang dilakukan TIM CRT (Crisis Responsive Team). Walet Hitam diangkat sebagi figur dalam buku ini karena TIM CRT inilah yang pada akhirnya menyudahi hidup dalang di balik aksi-aksi terorisme di Indonesia sejak awal tahun 2000-an," tutur Arif Wachjunadi.

Buku ini merupakan hasil wawancara dengan para pelaku dan saksi hidup, termasuk di dalamnya mantan Kapolri Dai Bachtiar, Komjen Pol (Purn) Imam Sudjarwo, Komjen Pol (Purn) DR Ito Sumardi, Komjen Pol (Purn) Gories Mere, Irjen Pol (Purn) SY Wenas, Irjen Pol (Purn) I Made Mangku Pastika, Irjen Pol (Purn) Bekto dan Irjen Pol (Pur) Budi Setiawan. Kemudian Irjen Pol Carlo Brix Tewu, Irjen Pol Petrus Golose, Irjen Pol Idam Azis, Irjen Pol Syafeii, Brigjen Pol Martinus Hukom , Kombes Pol Ibnu Suhendra.

Tujuan dari buku ini, menurut Arif,  adalah mendokumentasikan sejarah penegakan hukum melawan terorisme di Indonesia. Selain itu, sarana edukasi bagi generasi baru Indonesia tentang ancaman yang terbuka terhadap bangsa dan negara Indonesia.

Lebih jauh dijelaskan juga oleh Arif bahwa Crisis Responsive Team merupakan tim khusus yang dibentuk Polri untuk menangani keamanan dan gangguan masyarakat. Anggota Tim CRT tidak lebih dari 24 orang per angkatan. [ald]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA