Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

BNPT-Umaha Teken MoU Cegah Radikalisme Di Kampus

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Kamis, 20 April 2017, 13:44 WIB
BNPT-Umaha Teken MoU Cegah Radikalisme Di Kampus
Suhardi Alius dan Ahmad Fathoni Rodli/Humas BNPT
rmol news logo Para pelaku aksi terorisme yang terjadi di Indonesia pada akhir-akhir ini berada di rentang usia 23-27 tahun.

Generasi muda yang masuk dalam kelompok tersebut adalah generasi yang masih produktif, namun kenyataannya banyak diantara mereka yang justru menjadi pelaku terorisme.

Hal ini disampaikan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol. Suhardi Alius saat penandatanganan nota kesepahaman antara BNPT dengan Universitas Maarif Hasyim Latif (Umaha), Sidoarjo, Jawa Timur di kantor perwakilan BNPT yang terletak di salah satu gedung kementerian, Jakarta, hari ini (Kamis, 20/4).

Kepala BNPT menyatakan target pelaku teror guna merekrut penganut ideologi radikalisme dan terorisme keagamaan kini cenderung bergerak semakin ‘muda’.

"Generasi muda yang menjadi pelaku teror, ternyata tidak dipengaruhi oleh status ekonomi, tingkat kecerdasan, atau status pekerjaan. Faham radikalisme ini justru mudah menyasar di kalangan lembaga pendidikan," tegas mantan Sekretaris Utama (Sestama) Lemhanas RI ini.

Itu sebabnya menurut alumni Akpol tahun 1985 ini, BNPT bersama Umaha kini mulai mencari akar masalah terjadinya paham radikalisme di kalangan dunia pendidikan.

"Kalau dulu para pelaku teror ini identik dengan orang yang sudah berumur dan berpengalaman di daerah konflik. Tetapi di era saat ini, basis pelaku teror ini bergeser ke usia yang lebih muda, karena begitu masifnya teknologi informasi yang mudah diakses oleh kalangan muda ini," terang mantan Kabareskrim Polri ini.

Bahkan, untuk mendoktrin faham radikalisasi ini, bisa efektif melalui sosial media tanpa harus melalui pertemuan fisik secara rutin.

"Kalau dulu untuk melakukan bai’at harus tatap muka langsung, tetapi sekarang cukup online seperti kasus Ivan yang di Medan beberapa waktu lalu," tutur mantan Kapolda Jawa Barat ini.

Lebih lanjut pria yang pernah menjadi Kepala Divisi Humas Polri ini mengatakan bahwa teknologi informasi juga menjadi salah satu alasan mengapa generasi muda kian rentan terpapar radikalisme. Akses tanpa batas dunia internet, dengan mudah dilakukan generasi muda meski mereka hanya mengandalkan satu perangkat teknologi saja.

"Untuk itu kami sangat mengapresiasi Umaha yang telah menginisiasi untuk membentuk kelompok peneliti dengan melibatkan beberapa universitas yang ada di wilayah Surabaya, Madura dan bahwkan Cirebon, guna mengadakan penelitian terhadap para mahasiswa untuk mencari sumber permasalahan serta memberikan solusi pencegahan terhadap pemahaman radikalisme dikalangan mahasiswa," urai mantan Wakapolda Metro Jaya ini.

Sedangkan, Rektor Umaha, Ahmad Fathoni Rodli mengakui jika kerawanan generasi muda terpapar faham radikalime memang sangat besar dan sudah cukup mengkhawatirkan.

"Bahkan, saat menjadi mahasiswa, mereka sudah mendapatkan konsep radikalisme dari level dosen atau pengajarnya sendiri. Ini yang sedang kita cari penyebabnya dan cara penyelesaiannya," ujar Ahmad.

Ia bahkan menggunakan beberapa pendekatan agar motif dan potensi radikalisasi bisa diketahui sejak dini.

"Kami sedang mengembangkan games permainan yang bisa mengidentifikasi seberapa jauh tingkat esktrim seseorang terhadap pemahaman konsep radikalisme itu," bebernya.
 
Rencananya prograam kerjasama ini akan menghasilkan kajian ilmiah yang mengikat agar bisa diterapkan dalam sebuah kurikulum dalam dunia pendidikan dan diterapkan dalam berbagai skala usia.[wid]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA