Hal itu karena media sosial dan jaringan dunia maya yang menyertainya bisa digunakan untuk penyebaran propaganda.
"Narasi propaganda internet juga mengubah cara berpikir, dari normal menjadi radikal. Cara mencegahnya dengan membangun budaya literasi, membangun budaya cerdas masyarakat," kata Suhardi kepada wartawan di Jakarta, Kamis (16/2).
Karena itu, ia jelaskan bahwa Satuan Tugas Provokasi Agitasi Propaganda (Satgas Proapro) sebagai upaya menangkal radikalisme dan terorisme di dunia maya harus melibatkan semua pihak.
"Masyarakat juga akan dilibatkan untuk menjadi bagian dalam upaya melawan
hoax yang akan dikoordinasikan langsung oleh Menko Polhukam,"demikian Suhardi.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), Wiranto, mengatakan, pemerintah menyusun konsep baru untuk menghadang radikalisme dan teorisme di dunia maya. Salah satunya dengan membentuk Satuan Tugas Provokasi Agitasi Propaganda (Satgas Proapro).
"Satgas Proapro itu kan satu satuan tugas yang kami bentuk untuk mengantisipasi dan menetralisir ancaman baru. Dulu belum ada hoax (fenomena berita palsu). Untuk menanganinya butuh konsep baru," ucap Wiranto.
[ald]
BERITA TERKAIT: