Sekolah yang terbilang kumuh ini dikelola oleh Sri Irianingsih dan Sri Rosyati yang akrab disapa sehari-hari dengan sebutan guru kembar. Kumuh, lantaran sekolah hanya terdiri dari satu bangunan ruang untuk semua murid, mulai dari TK, kelas 1 SD hingga kelas 6 SD. Tidak ada sekat yang memisahkan antar kelas tersebut. Bahkan murid TK belajar dalam keadaaan lesehan di depan kelas. Selain itu, sekolah ini juga berada di perkampungan kumuh di bawah kolong jembatan.
Kondisi memperihatinkan tersebut yang mendorong Diah Erwiany bersama rombongan ibu-ibu pejabat Paspampres merasa perlu turun membantu. Diah Ewiany mengatakan bahwa tidak ada paksaan kepada ibu-ibu Paspampres untuk ikut ambil bagian dalam acara ini, semua murni karena kepedulian.
"Sebetulnya ini karena naluri kita saja, saya dan teman tidak ada paksaan. Kita bertemu, bersatu, dan bersama mereka yang punya kepedulian," ujarnya kepada
Kantor Berita Politik RMOL (Rabu, 8/4).
Lebih lanjut, ia mengapresiasi kepedulian guru kembar yang telah mendedikasikan diri demi mendidik anak-anak kurang mampu. Ia berharap semangat guru kembar ini bisa ditularkan kepada orang banyak, sehingga tidak ada lagi anak Indonesia yang tidak bersekolah.
"
Speechless ya lihat pengabdian guru kembar. Harapan saya ada banyak lebih banyak lagi sekolah seperti ini. Sehingga keutuhan NKRI tetap terjaga," tandas wanita yang akrab disapa Heti itu.
Dalam kesempatan ini, ibu-ibu pejabat Paspampres memberikan bantuan berupa kursi untuk anak TK, alat tulis, sembako dan beberapa bingkisan lain.
Dalam kunjungan tersebut, Heti juga menyempatkan diri untuk berfoto bersama dengan anak murid. Bahkan sesekali ia nampak bernyanyi bersama melantunkan lagu-lagu kebangsaan, seperti lagu Padamu Negeri
.[wid]
BERITA TERKAIT: