Kemarahan SBY disusul kebijakan, salah satunya, penghentian latihan militer antara Indonesia dan Australia. Langkah tegas SBY itu memunculkan dugaan akan terjadi kontak senjata antara Indonesia dan Australia. Menanggapi respons yang berlebihan tersebut, mantan Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana (Purn) Tedjo Edhy menegaskan, tidak akan terjadi perang antara Indonesia dan Australia karena proses menuju perang sangatlah panjang.
Lebih jauh Tedjo mengatakan, memang Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan Australia dalam segi pasukan. Namun tidak demikian halnya dengan kecanggihan peralatan dan teknologi.
"Tidak akan ada perang antara Indonesia dan Australia. Apalagi tindakan penyadapan yang dilakukan Australia adalah hal yang lazim terjadi di banyak negara,: ujar tegas pria yang kini menjadi Ketua Bidang Pertahanan dan Keamanan Partai Nasdem itu, lewat rilisnya (Sabtu, 23/11).
Kendati demikian, pemerintah Indonesia harus tetap berupaya membangun kekuatan militernya agar menjadi lebih baik untuk menanggulangi ancaman negara tetangga yang mungkin timbul pada masa mendatang. Dia ingatkan adagium klasik "Si Vis Pacem Para Bellum" (siapa ingin damai bersiaplah untuk perang).
Senada dengan Tedjo Edhy, praktisi hukum yang saat ini tengah mengambil studi kajian strategis intelijen di Universitas Indonesia, Haghia Sophia Lubis, mengatakan, dalam konteks hubungan internasional dan dunia intelejen, praktik penyadapan bukan hal yang asing. Caleg Partai Nasdem ini mengatakan, penyadapan terjadi di hampir setiap kedutaan besar. Motifnya adalah keamanan bagi negara penyadap.
[ald]
BERITA TERKAIT: