INSA: Pelindo Terlalu Kaku Tentukan Tarif

Biaya Logistik Terbesar Di Angkutan Laut

Jumat, 11 Januari 2013, 08:02 WIB
INSA: Pelindo Terlalu Kaku Tentukan Tarif
ilustrasi/ist
rmol news logo .Permasalahan tingginya biaya dikeluhkan para pengusa­ha bidang logistik. Mereka cur­hat, pengeluaran terbanyak da­lam hal logistik ada di pelabuhan.

Wakil Ketua Umum Indone­sian National Shipowners Asso­ciation (INSA) bidang Ang­kutan Kontai­ner, General Cargo dan Pengem­bangan Sumber Daya Manusia Asmary Hery mengata­kan, biaya logistik yang harus di­keluarkan pengusaha paling besar ada di pelabuhan laut.

Hery mencontohkan, untuk per­­­­­jalanan sebuah kapal dari Pe­la­buhan Tanjung Priok Jakarta ke Pelabuhan Belawan, Medan, bia­ya logistiknya mencapai Rp 6 ju­ta. Sebanyak 60 persen biaya itu dihabiskan di pela­bu­han.

“Kalau rata-rata biaya trans­portsi Jakarta-Medan Rp 6 juta, itu 60 persen paling besar ada di pelabuhan. Stuffing (jasa muat), bong­kar, muat, lift on lift,” ung­kap­ Hery di Menara Kadin, Jakarta, kemarin.

Menurut Hery, kondisi itu di­per­parah dengan rencana ke­naik­­an tarif layanan di beberapa pela­bu­han. Malah, lanjutnya, bebe­rapa pelabuhan sudah me­naikkan tarif layanannya.

“Itu belum mengakomodasi kenaikkan biaya pelabuhan yang rata-rata naik. Di Medan naik, di Pontianak hampir 100 persen. Dari Rp 275 ribu men­jadi Rp 550 ribu per TEUs (Twenty Equiva­lent Units),” kata Hery.

Dengan kondisi tersebut, INSA mengusulkan adanya tarif flek­sibel. Saat ini angkutan antar pu­­lau paling padat hanya awal dan akhir pekan. Di pertenga­han pe­kan, biasanya sepi.

“Seharus­nya ada tarif pelabuh­an yang flek­sibel, sehingga ke­tika arus barang ke tidak padat, bisa turun tarif­nya,” pintanya.

Hery menilai, Pelindo seba­gai BUMN yang mengelola pelabu­han di Indonesia terlalu kaku soal tarif dan sering me­naik­kan ong­kos setiap kali ada sedikit perbai­k­an di dermaga.

Padahal, saat pelabu­han berin­vestasi lebih ke alat bong­kar muat, seharusnya pro­duktivitas pela­buh­an naik se­hingga tarif pela­buhan tidak perlu ikut melonjak.

“Pelindo sering bilang karena sudah beli crane baru, tarif ha­rus kita naikkan. Padahal, ang­gap sa­ja dengan alat baru seka­rang satu jam bisa handle 30 kon­tainer, ber­arti produktivitas naik dong. Seharusnya tidak di­terjemahkan ke peningkatan tarif,” bebernya.

Sebelumnya, Direktur Utama Pelindo I Alfred Natsir PT meng­a­­ku menyiapkan Pelabuhan Be­lawan dan Pelabuhan Batu Am­par Batam guna menekan biaya logistik nasional.

Untuk itu, pihaknya akan me­lakukan sosialiasi yang lebih luas kepada para stakeholder uta­ma, da­lam hal ini pemilik barang, pe­rusahaan pelayaran dan pengelola pelabuhan/Ter­minal Operator sehingga mam­pu menekan biaya logistik na­sional hingga 50 persen.

Langkah ini masuk pro­gram Pendulum Nusantara. Pro­gram Pendulum Nusantara terse­but akan menghubungkan pelabuhan Belawan, Batam, Tanjung Priok, Tanjung Perak, Makassar dan Sorong.

“Konsepnya sih sudah bagus, tapi harus ada action yang jelas. Katanya bisa menurunkan biaya Jakarta-Belawan dari Rp 6 juta menjadi Rp 3 juta. Bagai­mana bisa kalau tarifnya naik terus,” protes Hery. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA