Bagi tim Merah Putih, ini meÂruÂpakan kekalahan paling tragis. Karena, untuk pertama kalinya dalam sejarah keikutsertaan di Piala Thomas, Indonesia gagal menembus semifinal. Hasil ini juga gaÂgal menyamai prestasi Piala Thomas sebelumnya di Kuala LumÂpur, ketika Indonesia menÂcapai babak final, sebelum diÂkaÂlahkan China 3-0.
Tunggal ketiga Indonesia, DiÂonysius Hayom Rumbaka yang tampil sebagai penentu nasib menyerah dari pemain Jepang, TaÂkuma Ueda dua game langÂsung 14-21 dan 19-21.
Hayom, pemain berperingkat 23 dunia ini sejak game pertama tampak kesulitan mengemÂbangÂkan permainan lawan Takuma Ueda yang menempati peringkat 38 dunia. Takuma Ueda tampil lebih percaya diri.
Tanda-tanda kehancuran tim Thomas sudah terlihat ketika ganÂda utama Markis Kido/HenÂdra Setiawan tumbang dari pasaÂngan Noriyasu Hirata/Hirokatsu HaÂshiÂmoto 16-21 dan 18-21.
SeÂteÂÂlah itu, giliran tunggal senior TauÂfik Hidayat kalah dari KeÂniÂchi Tago 12-21 dan 17-21. SeÂhingÂga tertinggal 1-2 dari Jepang.
Padahal, Indonesia sempat meÂÂmimpin di partai pertama meÂlaÂlui Simon Santoso. Pemain peÂringÂkat sembilan dunia ini berÂhaÂsÂil mengalahkan Sho Sasaki dua game langsung 22-20 dan 21-14.
Di partai keempat, Merah PuÂtih mampu bangkit dengan meÂnyaÂmakan kedudukan menjadi 2-2 berkat kemenangan ganda keÂdua Mohammad Ahsan/AlÂvent Yulianto Chandra. Ahsan/Alvent meÂnang atas Hiroyuki Endo/KeÂnichi Hayakawa 21-17 dan 21-13.
Sayang, di partai penentuan, HaÂÂyom bermain dalam tekanan tinggi sehingga tidak bisa memÂberikan perlawanan maksiÂmal. Pemain berusia 23 tahun ini tampak serba salah, sehingga keÂrap melaÂkukan kesalahan sendiri ataupun meÂmudahkan lawan unÂtuk meleÂpasÂkan pukulan mematikan.
Seusai pertadingan, Hayom mengucapkan permohonan maaf atas kekalahannya, sehingga InÂdoÂnesia tersingkir lebih awal di turÂnamen beregu paling bergengÂsi terÂseÂbut. “Saya meminta maaf keÂpaÂda seluruh masyarakat di TaÂnah Air atas kekalahan ini,†kata Hayom.
Sebagai pemain junior yang diharapkan menjadi pelapis peÂmain senior Taufik Hidayat dan Simon Santoso, pemain kelahiÂran 22 Oktober 1988 ini mengaÂku tampil penuh beban karena menjadi penentu nasib Tim Thomas Indonesia.
“Kalau ada rasa tegang dan menÂÂdapat beban, itu pasti. Tapi saya sudah berusaha untuk tidak memikirkan hal tersebut dan menÂcoba untuk fokus pada perÂtandingan,†kata Hayom.
Sebelumnya, Taufik mengakui tim Jepang bermain lebih baik, terÂmasuk lawannya Kenichi TaÂgo. “Saya memang sulit keluar dari tekanan karena dia (Tago, red) berhasil mengontrol jalannya pertanÂdingan sejak game pertaÂma,†ujar juara Olimpiade 2004 ini.
Taufik juga mengakui kekalaÂhan Kido/Hendra yang membuat Jepang menyamakan kedudukan menjadi 1-1, ikut mempengaruh permainannya. “PasÂÂti ada rasa tegang, karena kaÂlau saya kalah, Indonesia akan terÂtinggal 1-2. Kenyataannya, saya memang kaÂlah dan Indonesia tertinggal,†ujarÂnya.
Dengan demikian, Jepang berÂhak melangkah ke semifinal dan akan menghadapi tuan rumah China yang berhasil menyingÂkirÂkan Malaysia 3-0. Malaysia tiÂdak diperkuat pemain terbaikÂnya, Lee Chong Wei yang dibelit cedera.
Kegagalan Indonesia di Piala Thomas 2012 menjadi catatan hitam bulutangkis Indonesia. Negeri yang pernah sangat berÂjaya ini, sekarang tertinggal dari negara-negara baru buluÂtangÂkis. Apa yang salah dengan PBSI dan bulutangkis Indonesia? Ini menÂjadi PR besar yang harus dikerjaÂkan segera. [Harian Rakyat Merdeka]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: