Berheta hadir sebagai salah satu finalis OGI 2025, bersama Prajanita Oktavianty Korowa (SD Katolik Santa Lauren Bintuni, Kabupaten Teluk Wondama) serta Varrent Vemaria Val Rooey (SD Inpres Kokas, Kabupaten Fakfak). Mereka berhasil menyisihkan 108 siswa Papua sejak babak penyisihan.
Ia mengaku mendapat banyak teman serta belajar dan mencoba praktik dengan alat-alat laboratorium. Bentuknya berbeda-beda, tapi namanya tetap sama.
"Itu membuat kami agak bingung, apalagi saat eksperimen dan presentasi. Saat mengerjakan soal juga sempat keliru, karena pertanyaan panjang tapi jawabannya pendek," kata Berheta melalui keterangan elektroniknya di Jakarta, Kamis 28 Agustus 2025.
Awalnya Berheta mengaku bercita-cita menjadi dosen atau advokat untuk mengadvokasi pendidikan di Papua. Namun setelah mengikuti OGI, ia mulai bermimpi baru.
“Setelah lihat Universitas Indonesia, saya terpanggil. Kalau ada kesempatan, saya ingin masuk Biologi UI,” kata Berheta.
Teluk Bintuni, kampung halaman Berheta, adalah wilayah kaya dengan ekosistem mangrove luar biasa dan komunitas multi-suku yang hidup harmonis. Namun akses pendidikan dan infrastruktur masih menjadi tantangan.
Data peserta menunjukkan antusiasme luas dari seluruh provinsi Indonesia. Jawa Timur menjadi provinsi dengan peserta terbanyak (374), disusul Jawa Barat (301), Sumatera Utara (222), dan DKI Jakarta (215). Papua Barat sendiri menorehkan partisipasi 106 siswa.
Sementara itu, provinsi dengan peserta relatif sedikit antara lain Kepulauan Bangka Belitung (1), Sulawesi Utara (2), Papua Tengah (3), dan Sulawesi Barat (3).
Secara keseluruhan, peserta OGI tersebar hampir di seluruh provinsi, menunjukkan semangat bersama untuk maju dalam sains dan genomika.
BERITA TERKAIT: