Demikian disampaikan Dirjen Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan (PPPK) Kemenbud Ahmad Mahendra melalui siaran persnya, Senin 11 Agustus 2025.
Menurut Mahendra, JFC telah berevolusi dari sebuah ajang lokal menjadi fenomena budaya internasional yang mempertemukan kekayaan budaya masa lalu dengan inovasi masa kini.
“Dari sebuah acara lokal kini menjadi fenomena budaya internasional, JFC adalah ruang pertemuan yang mempertemukan kekayaan budaya masa lalu dengan inovasi budaya masa depan," kata Mahendra.
Secara khusus, pemerintah memberi penghargaan kepada almarhum Mas Dynand Fariz yang telah membangun pondasi kuat JFC.
"Karyanya penuh inovasi sehingga membuat dunia internasional terkagum," kata Mahendra
JFC mengusung tema “Evoluxion”, gabungan dari kata Evolution, Luxury, dan Innovation, dengan tagline Dreamy, Evolve, Triumph.
Sebagai suguhan utama, JFC 2025 menampilkan sepuluh parade (defile) memukau, yakni Anatomi,Allograph, Nile Enigma, Great Wall of China, Botanica, Nias, Origami, Phinisi, Aerospace, dan Symphoni.
Masing-masing defile menghadirkan perpaduan antara konsep artistik, kekayaan narasi, dan nilai budaya yang dikemas dalam karya kostum berskala dunia.
“Ke depan, JFC dapat menjadi panggung bagi talenta terbaik Indonesia lintas bidang, mulai dari kriya, desain, fashion, seni pertunjukan, hingga musik, sekaligus menjadi pasar yang mempertemukan karya anak bangsa dengan buyer, produser, dan agensi internasional,” kata Mahendra.
BERITA TERKAIT: