Pesan itu disampaikan Paus Fransiskus dalam homili atau khotbah pada Misa Suci Agung di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta Pusat, Kamis (5/9).
"Pertama, mendengar sabda, karena semua hal berasal dari mendengarkan, dari membuka diri kita kepada-Nya, dari menyambut anugerah berharga dari persahabatan dengan-Nya," kata Paus Fransiskus.
Setelah mendengar sabda, penting untuk menghidupi sabda yang telah kita terima. Bukan sekadar menjadi pendengar sabda saja tapi tidak menjalankan.
Hal ini sesuai dengan ayat di Alkitah, tepatnya di Yakobus Bab 1 ayat 22 yang berbunyi: "Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri".
"Tidak sekadar mendengar dengan telinga tanpa membuat sabda itu masuk ke dalam hati dan mengubah cara pikir kita, cara merasa, dan bertindak. Sabda yang dianugerahkan, dan yang kita dengar, perlu dijalankan untuk mengubah kehidupan menjadi lebih baik," ucap Paus.
Dari sini, sambung Paus, dua hal di atas menjadikan umat Katolik mengubah cara pandang, mengubah hati.
Sebab, menurut Paus, Yesus memanggil kita untuk berani menebarkan jala Injil ke lautan dunia, meski selalu akan ada kesulitan-kesulitan saat menebarkan jala Injil tersebut.
"Tetapi, marilah kita melihat sekali lagi sikap Petrus: datang dari satu malam yang sulit ketika Ia tidak menangkap apa-apa, lelah dan kecewa, tetapi ia berkata: 'Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa. Tetapi atas perintah-Mu aku akan menebarkan jala juga'," tutur Paus.
BERITA TERKAIT: