Momen tersebut terjadi saat Paus Fransiskus melakukan pertemuan dengan gerakan kaum muda global, Scholas Occurrentes, tempat di mana Ana menjadi volunteer.
Di hadapan Paus, Ana memperkenalkan diri sebagai dosen, fasilitator anak, hingga penyiar radio.
Ana menjelaskan, dirinya ingin mengambil peran sebanyak mungkin di setiap lini masa kehidupan untuk dapat mengisi dunia pendidikan dan menyebarluaskan pesan tentang pentingnya edukasi dalam mengentaskan kemiskinan.
"Ini bukan hanya sekadar pengalaman bagi saya, namun sebuah transformasi luar biasa. Kali pertama dalam hidup saya, saya mengunjungi, masuk, dan menjadi bagian dalam Katedral," kata Ana sambil menahan tangis.
Ana pun sangat terharu lantaran dirinya dipilih dan berkesempatan untuk bisa berbicara langsung di depan Paus Fransiskus.
Masih di hadapan Paus, Ana juga menyebut simbol toleransi yang nyata adalah berhadap-hadapannya Gereja Santa Maria Diangkat ke Surga dengan Masjid Istiqlal.
"Ajaibnya, tepat di depan saya berdiri pula masjid (Istiqlal) tempat saya biasanya beribadah. Ini merupakan simbol toleransi di mana perbedaan harusnya kita hadapi dan kita jembatani," tutur Ana.
Dari sini, Ana semakin yakin dan menjelaskan kepada Paus bahwa dirinya belajar toleransi melalui agamanya, yakni Islam.
Termasuk mempelajari nilai-nilai toleransi saat berada di Scholas.
BERITA TERKAIT: