Pasalnya, kampung berada di puncak bukit dengan struktur tanah berbatu.
Namun, kini kendala kekurangan air itu teratasi berkat sumur bor yang menghasilkan sumber melimpah.
Kepala Desa Jurangjero, Suwoto mengatakan, sejak adanya sumur bor dan tampungan air yang dibangun menggunakan dana desa, warga tak lagi kesulitan mendapatkan air bersih saat kemarau.
"Kita anggarkan Rp100 juta untuk pembuatannya. Bak penampungan dapat dimanfaatkan 400 KK di dusun ini," terangnya, saat ditemui
RMOLJateng, Minggu (1/9).
Dijelaskan Suwoto, sumur bor dengan kedalaman mencapai 103 meter itu dianggarkan pada awal 2024.
Salah seorang warga, Purjiyo (45) mengatakan, sebelum ada penampungan air, untuk mendapatkan air bersih dirinya harus menyusuri hutan sepanjang 3 kilometer.
Tak hanya itu, saat air surut kondisi air menjadi keruh akibat bercampur lumpur. Untuk memakainya pun harus diendapkan terlebih dahulu.
"Dengan adanya sumber air dan penampungan warga tinggal antre untuk pengisian jerigen. Airnya mencukupi satu kampung," ujarnya.
Sebelum ada pembangunan sumur dan penampungan, saat kemarau warga kerap mengandalkan bantuan droping air bersih. Namun kini hal itu sudah menjadi masa lalu.
"Untuk mendapatkan air bersih dari bak penampungan warga hanya perlu membayar seikhlasnya untuk pengganti listrik sumur bor. Pihak desa juga tidak membatasi banyak air yang diambil," imbuhnya.
BERITA TERKAIT: