"Musim kemarau di Aceh identik dengan angin kencang," ungkap Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Sultan Iskandar Muda, Muhammad Rafli, kepada
RMOLAceh di Banda Aceh, Senin (1/7).
Rafli menjelaskan, saat memasuki musim kemarau di wilayah Aceh akan sering terjadi angin kencang. Selain itu, panas yang terik sangat berpotensi memicu terjadinya karhutla.
"Karhutla dapat terjadi secara alami maupun disengaja," jelasnya.
Rafli menambahkan, cuaca panas dan kering selama musim kemarau juga sangat berpotensi memicu terjadinya kasus kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Karhutla dapat dipicu oleh faktor alam seperti sambaran petir.
"Bisa juga karena faktor kelalaian manusia seperti membakar sampah sembarangan atau membuka lahan dengan cara membakar," ujarnya.
Selama musim kemarau berlangsung, Rafli meminta masyarakat tidak membakar sampah sembarangan dan membuka lahan dengan cara membakar karena berpotensi memicu kebakaran hutan dan lahan.
"Serta agar selalu waspada terhadap potensi hujan dan angin kencang yang masih dapat terjadi di beberapa wilayah Aceh," ujarnya.
Rafli pun mengimbau masyarakat untuk berhati-hati saat beraktivitas di luar ruangan, terutama pada siang hari. Karena, kondisi cuaca yang cukup panas ini juga dapat berdampak pada kesehatan.
"Kami minta warga mengurangi aktivitas di luar ruangan dan apabila beraktivitas di luar ruangan agar memakai tabir surya atau sunscreen," tutupnya.
BERITA TERKAIT: