Intinya, segala aktivitas, partisipasi dalam berbagai hubungan dengan banyak orang yang menggunakan media dan ruang digital, memerlukan etika digital.
Kepala Bidang Pembinaan Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Padang Panjang Noval Jerry mengungkapkan hal tersebut saat menjadi narasumber dalam webinar literasi digital untuk segmen pendidikan, yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat di Kota Padang Panjang, Sabtu (23/3).
Noval Jerry mengatakan, etika pelajar di dunia digital butuh kompetensi literasi digital terkait netiket. Di antaranya, kompetensi mengakses informasi sesuai netiket di platform digital, menyeleksi dan menganalisis informasi saat berkomunikasi, dan memahami netiket upaya membentengi diri dari tindakan negatif.
”Selain itu, diperlukan juga kompetensi untuk memproduksi dan mendistribusikan informasi di platform digital, memverifikasi pesan, partisipasi membangun relasi sosial, serta melakukan kolaborasi data dan informasi dengan aman dan nyaman di platform digital,” tambah Nova Jerry dalam diskusi online yang dipandu oleh moderator Iin Mendah.
Dalam webinar yang mengusung tema ”Etika Pelajar di Dunia Digital” ini, Noval juga berharap para pelajar mampu menghindari berbagai jenis konten negatif. Misalnya, pelanggaran kesusilaan, perjudian, penghinaan atau pencemaran nama baik, pemerasan dan pengancaman, penyebaran hoaks, serta penyebaran kebencian dan permusuhan berdasar SARA.
”Juga, tidak melakukan perundungan (cyberbullying). Apalagi, tindakan agresif itu dapat memunculkan rasa takut pada korban, bahkan dapat berlanjut kekerasan fisik di dunia nyata,” jelas Noval Jerry di hadapan siswa yang mengikuti diskusi lewat nonton bareng (nobar) di ruang kelas masing-masing sekolah se-Kota Padang Panjang.
Sekolah dasar dan menengah penyelenggara nobar webinar Kemenkominfo tersebut, di antaranya: SMPN 2 Padang Panjang, SMPN 1 Padang Panjang, SMP Islam Jihad Padang Panjang. Lalu, SDN 1 Padang Panjang Timur, SDN 10, SDN 6, SDN 12, SDN 5, SDN 9, SDN 8, SDN 4, dan SDN 2 Padang Panjang Timur.
Dari tinjauan keamanan digital, anggota Masyarakat Anti-Fitnah Indonesia (Mafindo) A. Bayhaqi mengatakan, siswa dan pengguna digital hendaknya memperhatikan perlindungan data saat online. Yakni, menggunakan aplikasi keamanan, aplikasi peramban dari sumber terpercaya.
”Juga, jangan sembarangan menggunakan wifi publik, jangan sembarangan klik ’next’. Kemudian, hanya mengakses situs atau website resmi/aman, didukung password kuat, autentifikasi berlapis, dan jangan lupa kelola jejak digitalmu,” rinci Bayhaqi.
Praktisi pendidikan Anggraini Hermana menambahkan, siswa dan pengguna digital perlu memiliki pemahaman kecakapan digital. Kurangnya pemahaman terhadap kecakapan digital dapat meningkatkan risiko keamanan.
"Anak-anak yang tidak memahami cara menggunakan platform digital dengan aman dan bertanggung jawab, menjadi lebih rentan terhadap tindakan intimidasi atau perundungan online. Kurangnya pemahaman tentang privasi, keamanan, dan etika online juga dapat membuat mereka lebih mudah menjadi target pelaku perundungan digital,” pungkasnya.
Untuk diketahui, program #literasidigitalkominfo tahun ini mulai bergulir pada Februari 2024. Berkolaborasi dengan Siber Kreasi dan 142 mitra jejaring seperti akademisi, perusahaan teknologi, serta organisasi masyarakat sipil, program ini membidik segmen pendidikan dan segmen kelompok masyarakat sebagai peserta.
Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan kemampuan masyarakat Indonesia agar #MakinCakapDigital, serta mampu memanfaatkan teknologi digital secara positif, kreatif, produktif, dan aman.
Kecakapan digital menjadi penting, karena ?" menurut hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) ?" pengguna internet di Indonesia pada 2024 telah mencapai 221, 5 juta jiwa dari total populasi 278,7 juta jiwa penduduk Indonesia.
BERITA TERKAIT: