Hal tersebut dikemukakan Pimpinan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) RI Bidang Transformasi Digital Nasional Prof. Nadratuzzaman Hosen dalam pengajian berbagi ilmu berbagi pengalaman dengan tema "Kiat Sukses Program Pemberdayaan Mu'alaf dan Dakwah di Wilayah Pedalaman" yang diselenggarakan secara virtual, Selasa (19/3).
"Kalau kita berpikir matematis, penyaluran zakat itu tentu kita bagi menjadi delapan, maka mualaf itu juga harusnya mendapat 12,5 persen, karena mualaf juga salah satu asnaf yaitu penerima zakat. Kita harus sadar bahwa persoalan mualaf ini memang hal yang penting dan kita harus turun rembuk menangani dan membina mereka," kata Nadratuzzaman.
Untuk itu, lanjut Nadratuzzaman, pentingnya menangani masalah mualaf tidak bisa diabaikan. Pendekatan dalam pemberdayaan mualaf tidak hanya sebatas memberikan bantuan, namun juga melibatkan aspek dakwah, pendidikan, sosial, dan kemanusiaan.
"Kita harus mencari solusi yang seimbang, tidak hanya mengutamakan orang Islam yang ingin masuk, namun juga mendukung mereka yang telah memeluk agama Islam," kata Nadratuzzaman.
Sementara itu, Ketua Pengurus Lembaga Amil Zakat (LAZ) Baitul Maal Hidayatullah (BMH), Firmanza menyampaikan, wilayah pedalaman khususnya yang ditempati banyak mualaf perlu menjadi perhatian khusus untuk menjaga mereka tetap teguh memegang ajaran Islam dan tidak murtad. Salah satunya dengan mengirimkan Dai-dai ke daerah tersebut.
Namun, kata Firmanza, para dai yang dikirim tentu tidak serta merta hanya bermodalkan pengetahuan tentang dakwah, melainkan dibekali dengan kemampuan-kemampuan yang lain sehingga mereka benar-benar mampu menjadi solusi bagi permasalahan yang dihadapi masyarakat di wilayah pedalaman.
"Kita berharap dai-dai kita tidak hanya mampu berdakwah melainkan memiliki skill-skill yang lain seperti bertani, pembinaan masyarakat, serta bisa menjadi konsultan masyarakat," kata Firmanza.
Selain dibekali kemampuan-kemampuan dan ilmu dakwah, lanjut Firmanza, para dai juga diberikan fasilitas-fasilitas untuk mendukung aktivitas para dai selama bertugas di wilayah 3T.
"Kita tentu juga menfasilitasi mereka (para dai) dengan fasilitas-fasilitas yang menunjang kegiatan mereka seperti motor, kafalah, kapal/perahu dakwah, juga insentif bahkan umroh sebagai apresiasi atas aktivitas mulia yang mereka kerjakan," lanjut Firmanza.
BERITA TERKAIT: