Demikian dikatakan Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Muhadjir Effendy, saat memberi sambutan di depan ribuan umat Hindu pada Upacara Wisuda Bumi Tawur Agung Sasih Kesanga, di Area Wisnu Mandala, Candi Prambanan, Sleman, Yogyakarta, Minggu (11/03).
Muhadjir hadir didampingi Koordinator Staf Khusus Presiden, AAGN Ari Dwipayana, Ketua Umum Pengurus Harian Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat, Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tinaya, Direktur Pendidikan Hindu Ditjen Bimas Hindu Kemenag RI, Trimo, Asisten Pemerintahan dan Kesra Jawa Tengah, Dra Ema Rachmawati, dan Plt Asisten Deputi Moderasi Beragama Kemenko PMK, Thomas Siregar.
Tema perayaan Hari Suci Nyepi tahun ini "Sat Cit Ananda, untuk Indonesia Jaya". Dalam bahasa Sanskerta, "Sat" berarti kebenaran, "Cit" berarti kesadaran, dan "Ananda" berarti kebahagiaan. “Makna tema ini adalah untuk selalu mengedepankan kebenaran di setiap tindakan dan keputusan, membangun kesadaran akan keberadaan diri kita, serta kebahagiaan bersama dalam mencapai kemajuan bagi bangsa dan negara Indonesia,” urai Menko PMK.
Tawur Agung merupakan rangkaian ritual yang disebut meracu, dengan tujuan mengimplementasikan Tri Hita Karana, atau hubungan harmonis antara alam sadar manusia dengan alam semesta, maupun hubungan antar manusia.
Selaras dengan itu, Muhadjir mengungkapkan, “Kalau di dalam bahasa Jawa disebut “jagad cilik” sedangkan alam di luar diri kita adalah “jagad gedhe”. Ketika kita melakukan penyucian diri, pada dasarnya adalah proses penyatuan antara jagad cilik dan jagad gedhe itu. Antara alam yang ada dalam kesadaran diri kita dengan alam raya. Dan apa yang jadi tujuannya adalah mensucikan, membersihkan, dan memurnikan kembali dharma kita.”
Dia juga menjelaskan, Bangsa Indonesia adalah bangsa yang beragama. Tidak satupun rakyat Indonesia yang tak percaya akan adanya Tuhan. Seperti tercantum dalam rumusan resmi yang disebut “Berketuhanan Yang Maha Esa”.
“Tugas kita sesuai dengan tema Hari Suci Nyepi yaitu Sat Cit Ananda untuk Indonesia Jaya, adalah membangun kebersamaan dan menjaga toleransi serta menjaga kerukunan,” ungkap Muhadjir Effendy.
Menyimak Tari Bedhaya Shivagrha, Menko PMK mengkomparasikan budaya Hindu di Jawa dengan yang ada di Pulau Bali. Menurutnya, jika biasanya tarian Bali sangat dinamis, saat ini tarian Jawa sangat halus, anggun, maka jelas perbedaan disana.
“Tetapi bukan perbedaan yang harus terserpih-serpih, melainkan sebuah mozaik. Perbedaan yang tersusun rapi dan menjadi penanda tertentu, yang membuat kehidupan beragama dalam umat Hindu yang indah dan harmonis,” imbuhnya.
“Hari Nyepi 1946 Tahun Saka bersamaan dengan Bulan Suci Ramadhan. Mudah-mudahan ini pertanda baik untuk kehidupan berbangsa dan bernegara, dimana umat Hindu melakukan pensucian diri dibarengi umat muslim yang akan melaksanakan ibadah di bulan suci,” kata Muhadjir.
BERITA TERKAIT: