Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Makan Waktu Dua Tahun dan Biaya Ratusan Juta, Ini Alasan Aktivis Mendaki 111 Gunung untuk Palestina

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/hani-fatunnisa-1'>HANI FATUNNISA</a>
LAPORAN: HANI FATUNNISA
  • Jumat, 25 Agustus 2023, 15:34 WIB
Makan Waktu Dua Tahun dan Biaya Ratusan Juta, Ini Alasan Aktivis Mendaki 111 Gunung untuk Palestina
Potret Iyut saat mendaki puncak gunung api Ebulobo di Flores/Ist
rmol news logo Dengan tekad dan ambisi yang kuat, seorang aktivis buruh, Mangihut Hasudungan, atau biasa dipanggil Iyut, berhasil menyelesaikan misi pendakian 111 gunung untuk Palestina.

Ekspedisi Kemanusiaan untuk mendukung kemerdekaan Palestina itu dilakukan Iyut selama dua tahun, mulai dari 14 Agustus 2021 hingga 14 Agustus 2023.

Dia mendaki secara solo dan berani menghabiskan seluruh uang tabungan sebesar Rp 310 juta yang dikumpulkannya selama 13 tahun bekerja sebagai buruh pabrik.

Memulai ekspedisinya dari Gunung Rante 1 di Banyuwangi, Jawa Timur, hingga berakhir di puncak ke-111 di Gunung Rantekombola, Sulawesi Selatan, Iyut menempuh upaya kemanusiaan yang berbeda dari yang lain.

Berbicara kepada Kantor Berita Politik RMOL pada Jumat (24/8), Iyut mengaku memiliki alasan tersendiri mengapa memilih gunung sebagai cara mengkampanyekan kemerdekaan untuk Palestina.

Sebagai penganut agama Kristen, dia meyakini bahwa puncak gunung adalah simbol teologi, tempat dimana Tuhan berada.

"Jadi saya menghantarkan satu misi kemanusiaan ke tempat dimana Tuhan ada. Membawa doa ke hadapan Tuhan, bahwa saya menentang loh kalau negara Tuhan dianiaya," tegasnya.

Iyut menyebut dirinya sebagai pelawan arus, karena hampir 99 persen penganut agama Kristen mendukung eksistensi Israel.

Dukungannya untuk Palestina tidak muncul tiba-tiba, persepsinya tentang konflik Israel-Palestina berubah drastis sejak membaca buku teolog Kristen Gery M. Burg berjudul "Palestina Milik Siapa?".

Dia juga terinspirasi oleh Pendeta Kristen Palestina, Naim Stifan Ateek, yang bukunya menggemparkan dunia teologi Kristen pada 1987.

Kemudian, George Habash yang oleh New York Times disebut sebagai bapak terorisme Kristen Palestina.

"Sebagai penganut Kristen, saya merunut ulang tentang apa yang saya baca. Oh, ternyata oh ternyata, bukan hanya Muslim, orang-orang Kristen juga dirampok dan dipersekusi oleh Israel," kata Iyut.

Sejak masih di bangku SMA pada 2004, Iyut mengikuti ekstrakulikuler pendaki gunung dan mempunyai mimpi mendaki ratusan gunung.

Tetapi setelah membaca buku tentang Palestina di tahun 2009, Iyut membuat ambisi pendakian gunungnya menjadi lebih bermakna dengan membawa misi Palestina di dalamnya.

"Kalau cuman mendaki gunung biasa saja kan sayang banget ya, apalagi ini marathon dan lama. Harus ada misi kemanusiaan, tetapi misi ini memang saya pelajari dan secara emosional saya paham dengan kondisi Palestina," jelasnya.

Mendaki 111 gunung bukan yang terakhir, secara mengejutkan Iyut mengungkap bahwa itu adalah tahap pertama dari empat rencana pendakian seumur hidupnya.

Ekspedisi tahap kedua berjumlah 222 puncak gunung yang akan mulai Iyut lakukan tahun 2025, kemudian tahap ketiga pada tahun 2027 dengan 333 puncak gunung.

"Itu mimpi besarnya, saya juga berambisi mendaki 1.000 gunung yang akan memakan waktu lama, kemungkinan seumur hidup. Mungkin saya bisa meninggal juga sebelum itu rampung," kata Iyut.

Setelah menyelesaikan tahapan pendakian pertamanya, Iyut kini akan mengabadikan seluruh perjalanannya dalam sebuah tulisan.

Dia berencana menulis tiga buku, pertama tentang riset sosiologi toleransi melalui pendakian yang dilakukan, kedua tentang kisah-kisah inspirasi yang Iyut dapatkan selama mendaki, dan ketiga tentang informasi pendakian.

Tetapi akhirnya, Iyut menggabungkan ketiganya menjadi satu buku dengan judul "Ekspedisi Menentang Negara Tuhan". rmol news logo article
EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA