Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi BNPB, Agus Wibowo mengatakan, banjir yang terjadi di timur Jakarta dan Bekasi dinilai paling parah jumlah warga yang terdampak.
Hal itu dikarenakan tidak adanya imbauan atas banjir bandang yang menimpa beberapa wilayah seperti Kota Bekasi tepatnya di Perumahan Pondok Gede Permai, Jatiasih, Kota Bekasi yang dilintasi aliran Sungai Bekasi.
Penyebabnya, tidak adanya sistem peringatan dini atau early warning system yang dibangun di Sungai Bekasi, Sungai Cikeas dan beberapa sungai yang ada di Timur Bendung Katulampa.
"Ternyata banjirnya di sebelah timur Jakarta ada di Kota Bekasi dan Bekasi. Jadi Menteri PU juga udah jelaskan kemarin di beberapa kesempatan, bahwa sistem kita baru punya sistem early warning untuk banjir baru sampai di sistemnya Katulampa ke bawah, jadi baru punya untuk Ciliwung ke bawah," ucap Agus Wibowo kepada wartawan di Gedung Logistik BNPB, Jatiasih, Kota Bekasi, Sabtu (4/1).
Padahal kata Agus, dengan adanya sistem tersebut dapat diprediksi waktu kedatangan air dari Bogor ke Bekasi maupun Jakarta. Sehingga, warga dapat waspada untuk menyelamatkan harta benda mereka.
"Seperti itu tuh baru sistem yang ada di Kali Ciliwung. Sedangkan di Sistemnya di sebelah timur di Kali Bekasi, Kali Cikeas, Kali Angke hulu dan sebagainya belum ada sistemnya," katanya.
Dengan demikian, Agus berharap pemerintah untuk segera membangun sistem tersebut agar dapat meminimalisir korban jiwa maupun kerugian materiil.
"Sudah saatnya juga sistem yang ada di Bekasi dan sekitarnya itu di manage juga seperti halnya sistem yang ada di Ciliwung itu yang akan dilakukan pemerintah khususnya PUPR yang udah minta untuk disegerakan di tahun ini dan sampai tahun berikutnya untuk sistem di Bekasi dan sekitarnya untuk dikelola seperti halnya Ciliwung," jelasnya.
BERITA TERKAIT: