Dengan menggunakan model numerikal, studi di tahun 2012 itu membuat simulasi longsoran akibat ledakan Anak Krakatau dan gelombang tsunami yang dihasilnya.
Menurut The Strait Times, studi tersebut juga membuat simulasi mengenai waktu yang ditempuh gelombang tsunami untuk menghantam kawasan-kawasan di sekitarnya, seperti Sumur, Carita, Labuan and Anyer di Ptovinsi Banten, dan sebagian di daerah di Provinsi Lampung.
Ledakan dan tsunami yang terjadi pekan lalu (Sabtu malam, 22/12) menghasilkan longsoran yang begitu banyak, yang setelah jatuh ke laut menciptakan gelombang setinggi 5 meter.
Setidaknya 426 orang tewas dan lebih dari 7.000 terluka.
Daerah Sumur yang memiliki tujuh pedesaan menjadi daerah yang paling parah dihantam gelombang tsunami.
Studi Geological Society of London itu dikerjakan bersama oleh T. Giachetti, R. Paris, K. Kelfoun, dan B. Ontowirjo.
Gunung Anak Krakatau mulai terpantau pada tahun 1927, atau 44 tahun setelah Krakatau meledak di tahun 1883 dan menewaskan 36.000 orang.
[dem]
BERITA TERKAIT: