Menko Perekonomian era Presiden Gus Dur ini mengkritisi Kementerian Perindustrian yang melakukan keputusan kuota impor garam 2018 tanpa memasukkan produksi garam lokal. Atas kebijakan tersebut, impor garam jadi kebanyakan.
"Ampun
kok teledor begini? Perkiraan produksi garam 2018: 1,5 juta ton. Impor jadi kebanyakan," tulis RR sapaan akrabnya di akun Twitter
@RamliRizal.
Dengan demikian, lanjut Capres Rakyat ini, kebijakan tersebut lagi-lagi merugikan para wong cilik.
"(Ini) rugikan petambak garam," ujar RR.
Perbedaan asumsi produksi garam lokal menjadi sumber polemik di internal pemerintahan. Kementerian Kelautan dan Perikanan memproyeksikan produksi garam lokal sebanyak 1,5 juta ton sehingga menghitung kebutuhan impor garam 2,1 juta ton.
Sementara Kementerian Perindustrian mendasari produksi garam lokal nol, sehingga mengusulkan impor garam 3,7 juta ton. Alasannya, garam lokal belum tersedia saat kebijakan dirumuskan, sementara kebutuhan industri telah mendesak.
[rus]
BERITA TERKAIT: