FSGI: Menteri Muhadjir Kambinghitamkan Anak NTT!

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Selasa, 26 Desember 2017, 16:48 WIB
FSGI: Menteri Muhadjir Kambinghitamkan Anak NTT<i>!</I>
FSGI/RMOL
rmol news logo Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mengecam pernyataan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy yang melecehkan dunia pendidikan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) melalui Programme for International Student Assessment (PISA).

Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) FSGI, Satriwan Salim mengatakan seharusnya hasil PISA yang jeblok itu dijadikan sebagai bahan evaluasi dunia pendidikan Indonesia secara menyeluruh.

"Tapi ini malah mengkambinghitamkan anak-anak NTT," sesalnya dalam konferensi pers di Kantor LBH Jakarta, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Selasa (26/12).

Menurut dia, progtam PISA digagas oleh the Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). OECD melakukan evaluasi berupa tes dan kuisoner pada beberapa negara yang ditujukan pada siswasiswi yang berumur 15 tahun atau kalau di Indonesia sekitar kelas IX atau X.

Dari hasil tes dan evaluasi PISA termutakhir, performa siswa-siswi Indonesia masih tergolong sangat rendah. Berturut-turut rata-rata skor pencapaian siswa-siswi Indonesia untuk sains, membaca, dan matematika berada di peringkat 62, 61, dan 63 dari 69 negara yang dievaluasi.

Peringkat dan rata-rata skor Indonesia tersebut katanya tidak berbeda jauh dengan hasil tes dan survei PISA terdahulu pada tahun 2012 yang juga berada pada kelompok penguasaan materi yang sangat rendah. Adapun materi yang dievaluasi adalah sains, membaca, dan matematika.

"Bukti ini menunjukkan bahwa performa pendidikan nasional kita belum beranjak naik signifikan. Program literasi nasional yang dikembangkan pemerintah relatif bersifat formalitas dan administratif belaka. Buku-buku yang berkualitas belum hadir di perpustakaan-perpustakaan sekolah. Budaya baca bagi guru masih belum berkembang. Sehingga akses literasi guru dan siswa jauh dari kata sempurna, apalagi jikalau bicara budaya membaca, rasanya masih jauh," pungkasnya.

Untuk diketahui, hasil rilis Program For Internasional Student Assesment (PISA) dalam kurun waktu 2012-2015 menempatkan kualitas pendidikan Indonesia pada posisi paling buntut dari negara-negara lain.

Merasa tak puas dengan hasil yang dirilis PISA, Mendikbud Muhadjir Effendy angkat bicara. Rupanya, Muhadjir tak terima jika kualitas Pendidikan Indonesia tertinggal jauh dari negara lain.

Menurut Muhadjir, metode survei penelitian yang dilakukan oleh PISA bersifat parsial karena hanya menyertakan sampel tertentu dari suatu negara. PISA, katanya tidak melihat secara komprehensif kualitas pendidikan di Indonesia.

Muhadjir lalu membandingkan dengan Tiongkok. Sampel negeri Tirai Bambu itu menurutnya berasal dari Shanghai dan Guangzhou saja. Effendy kemudian menyentil soal provinsi NTT.

“Saya khawatir yang dijadikan sampel Indonesia adalah siswa-siswa dari NTT semuanya,” kata Muhadjir. [san]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA