Program terobosan telemedicine akan menjadikan dua unit rumah sakit di Papua sebagai pusat kegiatan telemedicine dan terhubung ke lima puskesmas kabupaten sebagai working-model yang diarahkan ke 100 puskesmas garis depan.
Dengan mengandalkan kekuatan jaringan, telemedicine akan dilakukan secara interaktif ‘real time’ maupun sistem ‘store-forward’. Model awal ini nantinya dapat ditingkatkan guna mencakup lebih banyak daerah, termasuk di luar Papua dan Papua Barat.
Program terobosan edukasi terlebih dahulu akan menargetkan SMA berasrama di Jayapura, Merauke, dan Nabire guna mentransformasikannya menjadi power house penghasil lulusan berkualitas tinggi. Program ini akan diawali dengan perekrutan tenaga pendidik tambahan, rancangan kurikulum dan bahan ajar, pelatihan dan pendampingan, desain infrastruktur pembelajaran.
Sebanyak 20 profesor diaspora akan diterjunkan bergantian sepanjang tahun 2018 untuk melakukan pendampingan dan pengarahan menggunakan dana mandiri diaspora sebesar 350 ribu dolar AS atau Rp 4,7 miliar per tahun.
"Ini merupakan sumbangan murni dari diaspora yang berasal dari para donatur dan sponsor. Kegiatan para profesor diaspora tersebut bersifat pengabdian semata dan mereka tidak akan diberikan gaji atau honor," terang Direktur Eksekutif Indonesia Diaspora Network Global,Hamdan Hmedan melalui rilis tertulis yang diterima redaksi, Selasa (24/10).
Presiden IDNG Herry Utomo dan Chairman Board of Directors of IDNG Edward Wanandi menyatakan bahwa program-program terobosan ini adalah tonggak sejarah sekaligus komitmen organisasi untuk terlibat langsung dalam mempercepat pembangunan di Indonesia, khususnya di Papua dan Papua Barat.
Menteri Bambang Brojonegoro berharap bahwa kedua program terobosan ini merupakan awal dari keikutsertaan diaspora dalam memacu pembangunan Indonesia.
[wid]
BERITA TERKAIT: