Kedatangan perwakilan suku Baduy ini diinisiasi oleh Rolando Edmond Ernst, seorang tokoh pendaki gunung dan pengembara sejak tahun 1970-an.
"Mereka adalah anak Indonesia, saudara kita, dan menjadi bagian tidak terpisahkan dari NKRI," kata pendiri organisasi pendaki gunung, Tanah Raga Air Madya Pancasila (TRAMP) seperti dikutip
RMOLBanten, Kamis (17/8).
Kehadiran keempat anak muda Suku Baduy tersebut menjadi daya tarik tersendiri tamu undangan lain dan sejumlah media. Ini lantaran mereka masih mengenakan pakaian khas warna hitam, ikat kepala warna biru, dan tidak mengenakan alas kaki.
Edmont mengaku telah menjelajahi Kawasan Baduy sejak 1970. Saat itu ketika suku Baduy masih dianggap sebagai kelompok suku terbelakang dan ditakuti di Jawa Barat karena kemisteriusan gaya hidupnya.
Pendekatan personal yang dilakukan secara pribadi dengan tokoh adat Baduy Puun (kepala suku) Janol, akhirnya berhasil membuka akses masyarakat Baduy kepada orang luar.
"Saya bangga dengan generasi Baduy, yang tetap memelihara tradisi namun tidak melupakan keindonesianya," tutur Rolando.
[ian]
BERITA TERKAIT: