"Kami juga akan menjadikan 24 sekolah mitra Usaid Prioritas tersebut untuk mengembangkan sekolah model lainnya di Tana Toraja. Dan memanfaatkan seluruh fasilitator yang telah dilatih oleh Usaid Prioritas untuk pengembangan pendidikan di Tana Toraja," ujar Kepala Bappeda Tana Toraja Dr. Yunus Sirante, Minggu (28/5).
Sekolah tersebut terdiri dari delapan SMP/MTs dan 16 SD/MI, yang kurang lebih selama empat tahun mendapatkan binaan dari Usaid Priorita dalam bidang pembelajaran, manajemen sekolah, peningkatan partisipasi masyarakat, dan budaya baca. Karena pembinaan beberapa sekolah juga telah menunjukkan inovasi-inovasi yang cukup signifikan, seperti SDN 102 Makale 5, SMPN 5 Makale, dan lainnya.
Dalam Budaya Baca, SDN 102 Makale 5 telah mengembangkan berbagai praktik yang baik. Seperti membaca 15 menit sebelum pembelajaran, menguji secara rutin kemampuan membaca siswa dengan metode inovasi mereka sendiri, menambah koleksi buku dengan melibatkan peran serta masyarakat, dan lain-lain. Salah satu bentuk inovasi pengumpulan koleksi buku dengan melibatkan masyarakat adalah kesepakatan orang tua siswa untuk memberikan buku pada anaknya yang menjadi siswa di sekolah tersebut ketika mereka berulang tahun. Buku tersebut kemudian diletakkan di sekolah walau tetap atas nama sang anak.
"Dengan cara ini, koleksi buku di sekolah makin bertambah dan minat membaca siswa tetap terjaga. Dalam bidang pembelajaran, siswa juga telah menunjukkan peningkatan sikap positif terhadap pembelajaran, terbukti dengan banyaknya pajangan dalam kelas," jelas Yunus.
Demikian pula di SMP 5 Makale, di mana pihak sekolah telah mendorong untuk secara aktif menggunakan pembelajaran kontekstual. Karena pembelajaran ini, guru-guru di sekolah aktif menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar dan tidak melulu bersumber pada buku paket.
Bahar selaku koordinator daerah Usaid Prioritas untuk Tana Toraja menambahkan bahwa penunjukan tersebut merupakan tantangan tersendiri bagi sekolah-sekolah.
"Mereka harus menunjukkan konsistensi menerapkan apa yang telah dilatihkan dan mengembangkan diri secara kreatif. Modul yang ada hanya acuan, masih dibutuhkan bacaan-bacaan lain yang harus dibaca para guru untuk memperkuat dasar-dasar yang sudah ditanamkan sesuai modul," imbuhnya.
[wah]
BERITA TERKAIT: