Uniknya, ojek palang bisa mengangkut penumpang hingga 12 orang.
Ya, keberadaan ojek online memang sedang jadi primadona di kalangan warga Jakarta dan beberapa kota besar di Indonesia. Peralihan massal dari ojek konvensional ke ojek online pun bukan tanpa alasan.
Tarip yang murah dengan ketentuan jarak yang relatif jauh daripada ojek pangkalan menjadi pertimbangan warga memilih ojek online. Lain halnya di Kawasan Tasikmalaya Selatan, Jawa Barat, tepatnya di Ciandum, Cipatujah, kini tengah menjamur ojek palang.
Jika sepeda motor lazimnya digunakan untuk dua orang, namun ojek palang bisa ditumpangi lebih dari sepuluh orang. Transportasi umum dari sepeda motor tersebut biasa digunakan di daerah pegunungan. Selain dijadikan mengangkut barang, juga kerap membawa kayu gelondongan dari hutan ke perkampungan.
Istilah ojek palang bagi warga Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya, terutama Desa Ciandum, bukan merupakan hal yang asing. Bagi mereka, sarana transportasi unik ini sudah menjadi sebuah kebutuhan.
Hampir semua pemuda di kawasan ini berprofesi sebagai tukang ojek palang. Bagi mereka ojek palang merupakan solusi untuk mencari uang, meski kendaraan tersebut tidak laik beroperasi di jalanan.
Adalah Tantan Mulyana, salah seorang pemuda yang sudah lama jadi tukang ojek palang. Dia yang warga Kampung Kulur, Ciandum, Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya ini sudah 8 tahun menjalani profesinya sebagai tukang ojek palang.
Setiap hari, Tantan Mulyana harus berjibaku dengan medan terjal, beban angkutan yang sangat berat serta menantang maut. Pria yang dikenal hobi adventure ini dengan penuh tanggung jawab membawa kayu gelondongan dan kayu balok sesuai pemesan.
Sebelum berangkat, Tantan Mulyana memastikan motornya dalam kondisi baik. Jika langit cukup cerah dia tidak terlalu khawatir. Namun jika cuaca mendung Tantan Mulyana akan melilitkan rantai di kedua ban motornya, agar roda lebih mencengkram tanah dan tidak terjadi selip.
"Memeriksa sepeda motor jika hendak berangkat menjadi kewajiban saya. Karena hal tersebut guna menjaga keselamatan dalam perjalanan," kata Tantan.
Sepintas mungkin tidak akan percaya, jika puluhan kubik balok kayu akan diangkut Tantan Mulyana menggunakan ojek palang. Bersama rekan seprofesinya, dia memacu sepeda motor menyusuri hutan, perbukitan dan jalan setapak.
Tidak jarang medan yang harus ditempuhnya curam dan terjal, namun hal ini dia anggap sebagai resiko dalam bekerja.
Ojek palang ini sudah ada sejak empat puluh tahun yang lalu, tepatnya sekitar tahun tujuh puluhan. Pencetusnya adalah seorang pendatang asal pulau Sumatera yang merakit sepeda motor jadi angkutan barang.
Ojek palang kini dijadikan juga sebagai angkutan umum. Dengan tambahan palang kayu di motornya, ojek palang mengangkut lebih dari sepuluh orang penumpang. Diperlukan keahlian lebih untuk mengangkut sepuluh penumpang dengan melewati medan berbatu dan jalan setapak yang curam serta tikungan tajam.
[zul]
BERITA TERKAIT: