Pengalaman pahit baru-baru ini menimpa seorang mahasiswi Universitas Moestopo (Beragama) Jakarta, Ledya Maulidina (22). Ia menjadi korban penipuan yang modusnya diduga menggunakan hipnotis. Bahkan, kerugian yang diderita Ledya diperkirakan mencapai Rp 10 juta.
Mahasiswi Fakultas Ekonomi ini menjelaskan awal perkenalannya dengan pelaku adalah lewat komunikasi via telepon. Pelaku saat itu mengaku sebagai seniornya di organisasi pers kampus, di mana Ledya menjabat pemimpin umum.
Pelaku menelepon menggunakan nomor handphone yang tidak dikenal pada pukul 5 pagi. Ia mengklaim sebagai salah satu senior Lembaga Pers Mahasiswa Diamma yang menawarkan kerjasama pembuatan proyek iklan.
Seperti dalam keadaan tidak sadar, pada pukul 09.30, Ledya menurut saja saat pelaku mengajak untuk bertemu dan pergi ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) sebagai lokasi khitanan masal yang akan diliput.
"Entah saya dihipnotis atau tidak. Habis dia menelepon, saya seperti tidak sadar dan mengikuti saja apa maunya. Dari kos, saya buru-buru pergi ke kampus dan bertemu dengannya. Sampai saya mau juga diajak naik taksi sama dia," ujar Ledya.
"Saya juga seolah sangat percaya karena mendengar dia mengaku anak FE lulusan 2001. Anehnya dia juga tahu persis nama-nama senior di Diamma dan kegiatan lain di organisasi saya itu," imbuh dara berhijab ini.
Sampai di RSCM, pelaku berpura-pura mengajak korban untuk bertemu rekan-rekannya yang telah lebih dulu di lokasi. Tiba-tiba, saat berjalan di selasar rumah sakit itu, pelaku meminta tolong kepada Ledya untuk mengambil kamera miliknya yang diakuinya tertinggal di dalam taksi.
Menurut saja, Ledya kembali ke taksi yang sebelumnya mereka tumpangi tetapi tidak menemukan kamera yang dimaksud. Ledya pun kemudian mencoba mencari pelaku, namun yang bersangkutan telah menghilang.
"Orang itu hilang dan kabur membawa laptop, kamera dan tripodku di dalam tas yang dia pegang. Jumlah kerugian hampir 10 juta," ujarnya lirih.
Menurut Ledya, pelaku memiliki ciri-ciri badan kecil, umur sekitar 35-45 tahun, bola mata cokelat, hidung mancung, kulit putih, memakai cincin batu akik, memakai topi.
"Saya sudah ke polisi. Awalnya ke Polres Jakarta Selatan. Tapi dengan alasan TKP, saya disuruh ke Polsek Menteng. Di sana saya dioper lagi, disuruh ke Polsek Senen," ungkap Ledya.
"Untuk CCTV, pihak kampus bilang data rekaman video butuh proses yang lama untuk melihatnya. Saya tidak mengerti alasan itu. Lalu saya ke RSCM dan berhasil mendapatkan rekaman video saat pelaku kabur sambil menenteng tas saya," sambung penerima beasiswa dari Djarum Foudation ini.
Setelah mengalami kejadian menyesakkan itu, Ledya menyadari bahwa sebelumnya pernah terjadi beberapa peristiwa serupa yang menyasar anggota organisasinya di kampus. Misalnya, pernah seseorang mengaku anggota Diamma meminta uang Rp 1 juta via transfer ke salah satu anggota setelah mengaku sebagai teman dekat calon korban. Pernah juga terjadi orang misterius meminta kiriman pulsa kepada anggota Diamma lainnya.
"Anehnya pelaku tahu persis nama anggota kami. Tapi saya tidak mau menduga-duga. Yang jelas, kami terus menelusuri kemungkinan pelaku pernah di organisasi kami atau memang terbiasa mondar-mandir di kampus. Kami tidak menuduh, tetap asas praduga tak bersalah. Mohon pihak kampus dan polisi membantu kami," tutup Ledya.
[ald]
BERITA TERKAIT: