Mereka tak kuasa menahan tangis saat menyampaikan pernyataannya atas teror yang dilakukan oleh anaknya tersebut di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep, Medan pada Minggu (28/8) lalu.
"Kami selaku orang tua IAH meminta maaf kepada seluruh umat kristiani, khususnya umat Katolik dan jemaat Gereja Santo Yosep atas kejadian ini. Ini kesalahan saya tidak mampu mengawasi anak kami yang masih 17 tahun. Kami tidak ada keinginan untuk merusak keharmonisan antar umat beragama di Medan," kata Arista seperti diberitakan
MedanBagus.com.
Makmur Hasugian juga menyampaikan hal senada. Dia tidak menyangka anak bungsunya akan melakukan aksi teror di gereja tersebut. Apalagi, selama ini sang anak tidak pernah menunjukkan sikap yang aneh seputar kegiatannya diluar.
"Yang saya tau dia taat beribadah, sholat. Tapi pagi itu, saya masih tidur ketika dia keluar rumah. Katanya mau membetuli resleting tas dan mendownload game untuk keponakannya. Kami minta maaf tidak bisa mengawasi dia setiap saat," ujarnya.
Menjelang siang tadi kedua orang tua IAH mendatangi kantor Peradi Medan. Didampingi ketua Pusat Bantuan Hukum DPC Peradi Medan Rizal Sihombing, keduanya memberikan keterangan mengenai kasus yang terjadi. PBH Peradi Medan secara resmi dihunjuk menjadi kuasa hukum untuk mendampingi tersangka dalam menjalani proses hukum.
[sam]
BERITA TERKAIT: