Berada sekitar 10 kilometer dari Makam Bung Karno dan 450 meter di atas permukaan laut di lereng Gunung Kelud, candi ini diperkirakan para ahli didirikan pada masa Raja Srengga dari Kerajaan Kediri sekitar tahun 1200 M. Candi Penataran terus digunakan pada masa Singasari dan akhirnya di masa pemerintahan Raja Wikramawardhana yang berkuasa di Majapahit sekitar tahun 1415.
Pada tahun 1995, UNESCO mencatat Candi Penataran sebagai salah satu calon World’s Heritage. Sayang hingga kini tak ada kejelasan mengenai nasib pencalonan itu. Saya khawatir, nama Candi Penataran sudah dihapus dari daftar calon.
Saya berkunjung ke Candi Penataran hari Minggu lalu (28/8), usai menziarahi makam Bung Karno bersama pendiri Yayasan Pendidikan Soekarno (YPS) dan Universitas Bung Karno (UBK) Rachmawati Soekarnoputri.
Rombongan dari YPS dan UBK kembali ke Jakarta dengan menggunakan kereta Gajayana, seperti saat berangkat dari Jakarta menuju Malang. Adapun saya memilih untuk tetap tinggal di Blitar demi mengunjungi beberapa tempat yang menarik hati. Salah satunya, Candi Penataran ini.
Bangunan yang paling dikenal di dalam komplek Candi Penataran adalah Candi Angka Tahun. Diberi nama demikian, karena di bagian atas pintu candi yang meninggi terdapat tulisan angka 1291 Saka atau 1369 M.
Masyarakat Jawa Timur lebih mengenal Candi Angka Tahun dengan sebutan Candi Brawijaya. Candi Angka Tahun pun dijadikan lambang Kodam V Brawijaya.
Sebuah arca Ganesha terdapat di dalam candi ini. Sementara pada bagian langit-langit Candi Angka Tahun terdapat simbol Wilwatika atau Majapahit.
Selain Candi Angka Tahun, bangunan-bangunan lain yang terlihat menonjol di dalam komplek Candi Penataran adalah Candi Naga dan reruntuhan dari bangunan besar yang dipercaya sebagai bangunan utama di komplek Candi Penataran.
Ada juga bangunan candi yang tak memiliki langit-langit. Bisa jadi, langit-langitnya runtuh. Bisa jadi memang dibangun tanpa candi agar siapapun yang melakukan tapa di dalamnya terhubung langsung dengan langit.
Begitu kata budayawa dan seniman asal Blitar, Bondan Widodo, yang menemani saya dalam kunjungan ini.
Sudah barang tentu ada beberapa patung Dwarapala di dalam komplek Candi Penataran. Yang paling besar adalah dua patung Dwarapala yang berada di pintu masuk.
Di dalam komplek Candi Penataran juga terdapat Prasasti Palah yang dibuat oleh Raja Srengga pada tahun 1119 Saka atau 1197 M. Prasasti ini yang menjelaskan perintah raja untuk membangun komplek candi sebagai rasa syukur pada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Benda lain yang juga menarik di dalam komplek Candi Penataran adalah sebuah batu yang ditegakkan di halaman kanan komplek candi. Sepintas batu ini seperti pahatan arca yang tidak selesai. Bentuknya unik, tidak jelas dan cenderung aneh.
Bagi Bondan, benda inilah yang paling penting dari semua benda yang ada di dalam komplek Candi Penataran.
"Ini patung Tuhan," ujarnya. "Bagi saya ini benda yang paling penting," sambungnya.
Menurut tafsir Bondan, patung ini sengaja dibikin sedemikian rupa sehingga tidak jelas. Seperti upaya manusia mengenali Tuhan, mendefinisikan Tuhan, tetapi sebetulnya tidak pernah menangkap keutuhan sifat Tuhan.
Penjelasan mengenai Tuhan, kata pelukis dan pematung ini, menjadi sangat personal dan subjektif. Adapun yang selama ini diwariskan turun temurun dari satu generasi ke generasi hingga ke manusia yang hidup pada jaman ini adalah upaya mengenali Tuhan lewat benda-benda ciptaanNya dan kisah-kisah para nabi yang dipercaya diutus olehNya.
"Kalau kita lihat, batu ini seperti patung makhluk yang ada kepala dan badan juga kaki. Ada yang menafsirkan kepalanya melihat ke arah kanan, atau tangannya bersidekap di depan dada. Tetapi ada yang punya penafsiran lain," jelas Bondan.
"Kalau kita memahami hakikat upaya pencarian jati diri Tuhan yang tak pernah selesai, tentu lah apa yang kita kenal sebagai agama dan keyakinan hari ini tidak membuat kita saling membenci. Tetapi sebaliknya, manusia mesti saling mengasihi karena menyadari bahwa hidup kita berasal dari Tuhan yang satu," demikian Bondan.
Karena hari semakin sore, kami tidak bisa lebih lama lagi menikmati rekaman peradaban dari masa yang lalu di candi ini. Sebelum meninggalkan Candi Penataran, Bondan mengajak saya ke petirtaan atau pemandian di bagian belakang candi. Airnya begitu jernih hingga dasarnya tampak sangat jelas.
Konon, airnya bisa membuat awet muda. Ikan-ikan berwarna gelap di dalam kolam itu panjang umur karena khasiat air kolam.
Saya tersenyum. Namanya juga mitos.
[guh]
BERITA TERKAIT: