"Kebanyakan mereka tidak memiliki latar belakang penyiaran tapi tetap kita mesti optimis mereka bisa bekerja dengan baik," kata Ketua Umum IJTI Yadi Hendriana dalam siaran pers di Jakarta, Rabu (20/7).
Yadi menambahkan, sebagai organisasi profesi, IJTI memiliki hubungan erat dengan KPI. Oleh karenanya IJTI akan terus melakukan kontrol terhadap kinerja lembaga pengawas tersebut.
"Jika kinerjanya tidak baik kita tidak akan sungkan melakukan kritik demi perbaikan KPI," jelasnya.
Secara umum, IJTI tidak melihat adanya kriteria yang jelas dalam pemilihan anggota KPI. Kendati demikian, pemilihan sembilan anggota yang baru telah melalui proses panjang, karenanya publik harus menerima keputusan yang diambil Komisi I DPR.
Lebih lanjut, Yadi mengingatkan, anggota KPI yang baru harus bekerja sebaik-baiknya dengan mengedepankan kepentingan publik. Salah satunya mendorong perbaikan kualitas isi siaran di televisi yang langsung berdampak bagi publik.
"KPI harus jeli dalam membuat layar televisi kita agar berdampak positif bagi publik," terangnya.
Tidak hanya itu, untuk meningkatkan kualitas kinerja, IJTI juga mengusulkan agar KPI membentuk Dewan Kehormatan secara permanen.
Diketahui, Komisi I memilih sembilan anggota KPI baru dari 27 calon yang ikut dalam uji kelayakan dan kepatutan pada Selasa malam lalu (19/7). Sembilan komisioner terpilih yaitu Nuning Rodiyah, Sudjarwanto Rahmat Muhammad Arifin, Yuliandre Darwis, Ubaidillah, Dewi Setyarini, H. Obsatar Sinaga, Mayong Suryo Laksono, Hardly Stefano Fenelon Pariela, dan Agung Suprio.
[wah]
BERITA TERKAIT: