"Takdir kami hidup di akhir era kekuasaan Tongat (Bupati Langkat, Ngogesa Sitepu). Kalau hari panas, kami jadi kawasan wisata debu, kalau hujan, kami jadi kawasan lumpur," ucap seorang warga, Poniman (37).
Poniman menuturkan, kondisi jalan di kampung mereka sudah sangat memprihatinkan sejak beroperasi galian C. Belakangan ini truk-truk pengangkut material Galian C semakin merajalela. Bupati Langkat terkesan tidak menghiraukan jeritan warganya.
"Ini sudah periode terakhir Tongat menjabat. Sebentar lagi, kabarnya dia akan maju ikut Pemilu Gubsu. Mungkin dia lagi kejar setoran untuk ikut kontes itu," kata Poniman geram seperti dimuat
MedanBagus.Com.
Menurut Poniman, warga telah berupaya menutup jalan dan menghalangi truk-truk melintas. Namun sia-sia. Truk tetap bisa lewat dan semakin banyak.
"Coba abang tengok, nggak ada lagi daun-daun berwarna hijau di kanan kiri jalan. Semua tertutup debu. Sudah kayak Kabupaten Karo kami. Kayak ada saja erupsi gunung di sini," kata dia.
Poniman berharap, apapun agenda bupati Langkat ke depan, jangan sampai mengorbankan rakyat yang telah memilihnya.
"Ingat, warga Langkat banyak yang sekarang disakiti. Jangan sampai nanti, tak ada warga Langkat yang dukung Tongat," kata Poniman.
Sekadar informasi, ruas jalan dari Pasar X Tanjung Beringin menuju Kuala Sawit mengalami rusak berat. Hal itu ditengarai karena ratusan truk besar setiap hari melintasi jalan tersebut.
Selain truk galian C, truk-truk pengangkut hasil bumi seperti sawit dan karet juga melintasi satu-satunya jalan yang menjadi penghubung warga di beberapa desa di Kabupaten Langkat itu.
[wid]
BERITA TERKAIT: